Emotion, Solution, Values, dan Story Teliing untuk TIngkatkan Kunjungan ke Perpustakaan.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan --- Setidaknya ada 4 hal yang dapat membuat layanan perpustakaan akan dikunjungi oleh pemustaka. Hal tersebut adalah emotion, solution, Values, dan Story Teliing. Gambaran tersebut disampaikan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang (UMS Rappang), Dr. Jamaluddin Ahmad pada gelar bicara di acara Safari Pembudayaan Kegemaran Membaca Perpustakaan Nasional yang berlangsung di aula UMS Rappang, Rabu (15/10).

"Anggaplah perpustakaan sebagai tempat yang menjual jasa atau layanan, kenapa ia bisa laku, pertama adalah karena emotion, Kita harus mampu mengambil emosinya orang", ujar Jamaluddin. " Yang kedua kita harus bisa memberi solusi. Kalau saya datang ke perpustakaan Apa solusinya," lanjutnya. "Yang ketiga adalah values. Apakah jika saya datang ke perpustakaan ada nilai yang saya dapatkan? Kalau tidak ada, untuk apa saya ke perpustakaan, dan  yang terakhir adalah story telling, manfaatkan media sosial jual itu perpustakaan supaya ada yang beli," tambahnya lagi.

Jamaluddin menambahkan bahwa perpustakaan dan pustakawan harus selalu menyebarkan dan menanamkan nilai bahwa ilmu merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. "Siapa yang memiliki iman dan ilmu pengetahuan, maka akan ditinggikan derajatnya dan tidak ada cara lain untuk menambah ilmu pengetahuan selain membaca," ucapnya tegas.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando. Menurutnya, perpustakaan dan pustakawan harus dapat mengubah cara pandang masyarakat agar berpandangan bahwa warisan terbaik yang dapat diberikan kepada generasi berikutnya bukan warisan dalam bentuk harta, melainkan dalam bentuk ilmu pengetahuan. Hal tersebut yang merupakan nilai yang harus disampaikan kepada masyarakat. "Sebab fakta membuktikan, banyak penerima harta dan tahta yang berlimpah berakhir menjadi hamba dan budak karena tidak berilmu. Jadi kalau komitmennya mau memberikan warisan berupa ilmu, orang akan membaca," ujar Syarif.

Selain itu, di Era Industri 4.0, pustakawan harus terus membaca dan belajar agar dapat memotivasi orang untuk mau membaca juga. "Tidak bisa dong, kita mendorong orang lain membaca tanpa kita membaca," ucapnya.

Muhammad Syarif juga mengkritisi berbagai kajian yang menempatkan Indonesia dalam peringkat rendah dalam kegemaran membaca. Menurutnya masalahnya bukan pada kegemaran membaca, melainkan pada akses terhadap bacaan yang tersedia. Hal ini lagi-lagi disebabkan karena cara pandang yang salah terhadap prioritas hidup masyarakat."Ini bukan karena kecukupan ekonomi, tetapi karena persepsi. Jauh lebih penting membelikan barang  konsumsi kepada anak daripada membelikannya buku. Kita malu anak kita tidak punya handphone atau motor, tapi tidak pernah malu kalau anak kita tidak pernah membaca," ungkapnya. "Jadi ini adalah masalah budaya, persepsi, dan kebijakan," tambahnya lagi. 

Safari Pembudayaan Kegemaran Membaca di Kabupaten Sidenreng Rappang atau yang sering dikenal dengan nama Sidrap mengambil tema: Pustakawan Berkarya Mewujudkan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Hadir setidaknya 300 Peserta dari berbagai elemen pemangku kepentingan bidang perpustakaan, seperti dosen, pengelola perpustakaan, pendidik, dan mahasiswa. Acara ini dibuka oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Sidrap, Sudirman Bungin, yang mewakili Bupati yang berhalangan hadir. Narasumber gelar bicara selain Rektor UMS Rappang dan Kepala Perpustakaan Nasional adalah Kasi Kelembagaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, Ibu Nilma dan Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sidrap, Wahida Alwi.

Reportase:  Radhitya Purnama dan Agus Djoko Suroso

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung