Perpusnas Dorong Kolaborasi Lintas Sektor dalam Pertemuan Pemangku Kepentingan Nasional untuk Penguatan Literasi Masyarakat

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta,- Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) menyelenggarakan Pertemuan Pemangku Kepentingan Tingkat Nasional Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dan Bahan Bacaan Bermutu Tahun 2024 dengan tema "Bergerak Bersama untuk Akselerasi Penguatan Literasi Masyarakat" pada Kamis (25/7/2024) di Auditorium Perpusnas, Salemba.

Sejak diluncurkan pada tahun 2018 sampai 2023, Program TPBIS telah dijangkau oleh 34 Perpustakaan Provinsi, 296 Perpustakaan Kabupaten/Kota, 1796 Perpustakaan Desa/Kelurahan. Program yang dilaksanakan Perpusnas ini melibatkan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kabupaten/desa) untuk mengembangkan fungsi dan peran perpustakaan dalam memberikan layanan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan. 

Dari berdirinya TPBIS hingga saat ini 2024, sejumlah 2.669 perpustakaan di 29 provinsi di seluruh Indonesia kini sudah mampu mereplikasi program tersebut secara mandiri. Hal ini mencerminkan keberhasilan program ini dalam menciptakan dampak yang berkelanjutan. 

Kepala Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus (PPUK) Nani Suryani mengutarakan bahwa acara ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan kolaborasi lintas sektor dalam mendukung keberlanjutan program TPBIS. Ia melaporkan bahwa bantuan program TPBIS tahun ini diberikan kepada 600 perpustakaan desa sebagai mitra baru. 

“Bantuannya terdiri atas material maupun non-material. Bantuan material yang diberikan berupa buku siap baca, rak buku, komputer, printer, modem, serta paket internet. Sedangkan bantuan nonmaterial yaitu pendampingan program, bimbingan teknis strategi pengembangan perpustakaan, teknologi informasi dan komputer, serta kegiatan pembelajaran sebaya antar pengelola perpustakaan,” tuturnya. 

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Perpusnas Aminudin Aziz, menyampaikan pentingnya peran berbagai pihak termasuk perpustakaan dalam meningkatkan literasi masyarakat. "Isu kecakapan literasi ini sudah lama menjadi sorotan. Persoalan pertama, ketersediaan bahan bacaan yang belum sesuai dengan minat baca calon pembaca," ungkapnya.

Ia menyambung, persoalan yang kedua mengenai belum terarahnya program dan aktivitas tanpa implementasi yang jelas. Ia berpendapat bahwa membuat program harus dikawal sejak awal sampai akhir dan dievaluasi secara terus-menerus. 

“Tidak perlu banyak program, sedikit program saja yang memang betul-betul menjadi fokus utama memberikan dampak yang luas,” tegasnya. Kemudian baginya, persoalan ketiga ini mencakup kurangnya ketersediaan sumber daya manusia (SDM).

“Oleh karena itu, kami punya banyak kawan. Ada para mitra di sekeliling kami. Kami ajak bersama, colek mereka, ayo ikut dong, bareng-bareng. Makanya saya katakan, program ini adalah program bersama yang harus dikerjakan secara bersama-sama, bukan program personal,” tambahnya.

Menurutnya, salah satu aksi konkretnya yakni 10 ribu lokus baca di desa dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Ia mengapresiasi berbagai pihak termasuk para mitra yang terlibat dalam meningkatkan kecakapan literasi. 

“Saya amat bersyukur terkait program literasi. Bersamaan dengan Pak Ivanovich dari Kemendes, alhamdulillah, beliau begitu responsif mengetahui program ini bersama dengan timnya dia,” ujarnya. 

Ia juga berharap apabila berhasil menyalurkan bahan bacaan kepada 10 ribu lokus baca, maka akan menambahkan jumlahnya menjadi 20 ribu lokus baca di tahun 2025. Di samping itu, ia juga berterima kasih kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang ikut mendukung, Kementerian Keuangan, dan mitra-mitra lainnya. 

Pada kesempatan yang sama, baginya program TPBIS merupakan bendera baru untuk Perpusnas sebab merupakan upaya membangun literasi melalui praktik yang nyata. “Merujuk yang disampaikan Bu Nani sebelumnya, awalnya hanya 300 TPBIS, saya katakan 300 ini mungkin belum ada dampak yang terlalu luas. Oleh karena itu tahun ini saya lipatkan menjadi 600 sasaran TPBIS,” tuturnya. 

Penambahan target sasaran ini memengaruhi jumlah perpustakaan yang mereplikasi program TPBIS, lanjutnya. “Ini adalah angka yang menunjukkan pencapaian di satu sisi, tapi di sisi lain adalah tantangan. Bagaimana kami memelihara program ini? Jangan sampai TPBIS itu adalah program yang diluncurkan tapi kemudian tidak berlanjut akibat rendahnya dukungan dari pemerintah daerah,” tekannya. 

Beranjak demikian, Aminudin mengajak mitra kerja untuk mengawal program TPBIS dari persiapan, proses, dan akhir. Ia menyambung, untuk dikolaborasikan di tingkat persekolahan. “Karena apa? sasaran terbesar kami adalah masyarakat di persekolahan,” lugasnya. 

Kepala Badan Pengembangan Informasi Desa Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Kementerian Desa Ivanovich Agusta, juga membahas kebijakan dan program kementeriannya dalam penguatan literasi masyarakat desa.

"Ini adalah tahun emas bagi perpustakaan/ TBM desa karena punya dukungan yang sangat penuh dari Perpusnas. Contohnya kolaborasi Perpusnas bersama Kemendes atas dukungan oleh Wakil Presiden Indonesia yang mencanangkan tahun 2024 ini sebagai Gerakan Literasi Desa," jelasnya.

Sebelumnya ia menjabarkan pada tahun 2023, tingkat keterpenuhan perpustakaan di desa-desa Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan, dengan 33.878 desa sudah memiliki TBM atau perpustakaan desa. Namun, masih terdapat 41.387 desa yang belum memiliki TBM atau perpustakaan desa. 

Kondisi ini membuatnya yakin akan pentingnya upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan untuk memperluas akses literasi dan informasi di seluruh pelosok negeri.

Salah satu poin penting yang digarisbawahi olehnya dalam program ini adalah penggunaan dana desa untuk membangun sarana dan prasarana perpustakaan desa. "Dana desa boleh digunakan untuk membangun perpustakaan desa, termasuk untuk membiayai kegiatan literasi dan teknologi digital. Keputusan ini diatur dalam Peraturan Menteri Desa Nomor 3 Tahun 2024," tandasnya. 

Ia mengakui hal ini menjadi penting bagi kemajuan desa melalui literasi. Alhasil, ia mengimbau pemerintah desa untuk menganggarkan pengembangan perpustakaan dengan dana desa selama tahun 2024 berjalan sebelum Agustus. 

Selanjutnya, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas Amich Alhumami, menekankan urgensi sinergi dan kolaborasi lintas sektor untuk mendukung penguatan literasi menuju Indonesia Emas 2045. 

"Demi kehidupan yang sejahtera, isu literasi ini memang harus kita kumandangkan bersama sehingga memperoleh perspektif yang tepat untuk mengaitkan literasi dengan upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia Emas 2045 nanti,” tegasnya.

Ia memaparkan visi Bappenas mengenai literasi dan Indonesia Emas 2045. Di antaranya pendidikan yang berperan penting dalam mewujudkan SDM unggul dan berkualitas dengan kecakapan literasi tinggi. 

“Dalam konteks inilah, penting kami menciptakan suatu lingkungan yang kondusif bagi proses pembelajaran di perpustakaan misalnya di sekolah. Itu juga signifikan pengaruhnya pada upaya kami meningkatkan kualitas individual yang nanti akan tercermin pada kemampuan SDM yang unggul dan punya daya saing tinggi,” paparnya. 

Pertemuan ini juga dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari berbagai sektor, termasuk dinas perpustakaan, praktisi perpustakaan, serta perwakilan perpustakaan desa/TBM. Diskusi interaktif dan sesi tanya jawab turut diselenggarakan guna menghasilkan rekomendasi strategis untuk sinergi dan kolaborasi dalam penguatan literasi masyarakat melalui perpustakaan. 

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar secara resmi menutup rangkaian kegiatan dengan arahan beberapa hal. “Penting melakukan kolaborasi dan sinergi terhadap upaya percepatan ataupun afirmasi terhadap program TPBIS ini kepada seluruh pemangku kepentingan,” katanya.

Adin menyebutkan bahwa TPBIS telah mendunia dibuktikan dengan 13 negara anggota Colombo Plan yang datang ke Indonesia pada 2023 untuk mempelajarinya. “Tahun ini akan datang juga diikuti 20 negara anggota Colombo Plan yang nanti fokus pada daerah kabupaten Magelang,” sebutnya. 

Ia juga berharap keberpihakan dan kebijakan pemerintah daerah dapat berkolaborasi dengan masyarakat, para pegiat literasi, forum TBM, dan bunda literasi untuk mendorong peningkatan kecakapan literasi menuju Indonesia emas 2045. 

 

Reporter: Alditta Khoirun Nisa

Dokumentasi: Andri Tri / Aditya Irfan / Alfian

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung