Balikpapan, Kalimantan Timur – Rencana Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Provinsi DKI Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi peluang emas bagi masyarakat di setempat.
Untuk itu, perlu adanya peningkatan literasi bagi masyarakat, agar dapat mampu bersaing di pasar global.
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando menegaskan, literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu objek ilmu pengetahuan tertentu yang dapat diimplementasikan untuk memproduksi barang dan jasa.
"Literasi bukan hanya sekadar kemampuan merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf. Namun literasi adalah kemampuan dalam menciptakan barang dan jasa," tegas Syarif dalam Seminar Nasional Peningkatan Literasi Masyarakat dengan tema "Literasi untuk Kesejahteraan Kondisi dan Harapan," yang diselenggarakan secara hybrid pada Kamis, (15/12/2022).
Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut Syarif, perlu melibatkan seluruh komponen bangsa.
Seperti halnya yang dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 baik eksekutif, legislatif maupun TNI POLRI memiliki tugas melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan anak bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
"Hal ini menjadi dasar dalam rumusan yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo dalam RPJMN 2020-2024 yakni peningkatan kualitas SDM," lanjutnya.
Dalam upaya mendukung peningkatan literasi, Pemerintah Pusat juga telah membangun perpustakaan di dua kabupaten di IKN. Salah satunya Gedung Layanan Perpustakaan di Kabupaten Penajam Paser Utara, yang pembangunannya mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan subbidang perpustakaan Tahun 2021.
"Dengan dibangunnya gedung perpustakaan ini sebagai bentuk komitmen Pemerintah Pusat mendukung ditetapkannya Kaltim sebagai IKN. Melalui perpustakaan ini diharapkan menjadikan IKN menjadi pintu gerbang dunia," jelasnya.
Senada, Gubernur Kaltim, Isran Noor menyampaikan, dengan membaca akan memberikan dampak untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kecakapan ini tentu sangat dibutuhkan untuk pembangunan Kaltim.
"Membaca menjadi cara untuk mendapatkan pengetahuan. Tidak ada yang pintar di dunia tanpa membaca," tuturnya.
Perkembangan teknologi yang pesat saat ini, diakui Isran Noor sebagai cara untuk mempercepat proses pengetahuan melalui membaca. "Jadi kalau kita tidak menyesuaikan dengan kondisi seperti itu, kita bisa ketinggalan," Ungkapnya.
Namun, lanjut Isran, kondisi saat ini kecenderungan masyarakat malas membaca. Untuk itu, pihaknya mendukung berbagai gerakan yang bertujuan untuk membangkitkan gairah membaca masyarakat.
"Maka ada gerakan penyemangat, gerakan pemasyarakatan, gerakan pembudayaan minat baca. Ini dilakuan agar masyarakat jadi gemar membaca," lanjutnya.
Bahkan, Gubernur Kaltim periode 2018-2023 ini berkisah tentang hobinya membaca dan menulis. Bahkan dua buku yang ditulisnya menjadi salah satu pedoman program pascasarjana di Monash University di Melbourne Australia.
"Saya saat di dalam pesawat, sering membuat pokok-pokok pikiran dan kemudian dibuat menjadi buku," ungkap Isran.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengatakan, perpustakaan daerah diharapkan dapat menjadi basis tempat masyarakat mendapatkan pengetahuan alternatif.
Misalnya, pelatihan digital entrepreneurship, dimana ibu-ibu yang ingin meningkatkan keterampilan berwirausaha dapat memanfaatkan marketplace untuk memasarkan produknya.
"Di perpustakaan yang sudah bagus mungkin bisa melakukan berbagai pelatihan. Terutama untuk kaum ibu yang sudah melampaui usia sekolah, sehingga taman bacaan, perpustakaan di desa-desa menjadi tempat untuk belajar mendapatkan pengetahuan," katanya.
Seperti halnya, lanjut Hetifah, yang telah dilakukan oleh Perpusnas melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial.
Reportase: Wara Merdeka
Fotografer: Raditya P