Budaya Literasi Cetak SDM Unggul

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Pandemi Covid-19 berhasil mengubah sudut pandang bahkan mengukuhkan bahwa konsep Revolusi Industri 4.0 telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, ruang digital menjadi hal yang efektif untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan. Karena itu, perpustakaan harus bisa bertransformasi sehingga mampu berperan signifikan dalam meningkatkan kemampuan masyarakat.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi di tahun 2028-2030. Pada masa itu generasi milenial menjadi penduduk terbesar dan memiliki peran dominan dalam era bonus demografi. Generasi inilah yang akan menentukan arah dan roda pembagunan negara. Generasi milenial yang unggul dan memiliki kualitas untuk bersaing dengan dunia luar merupakan aset bangsa yang mampu membawa Indonesia menuju arah pembangunan yang lebih maju dan dinamis.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando saat menjadi Keynote Speaker pada webinar Sosialisasi Pembudayaan Kegemaran Membaca. Webinar dengan tema “Meningkatkan Potensi Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Budaya Literasi” ini merupakan hasil kerja sama antara Perpusnas dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara, dilakukan secara daring menggunakan Zoom Meeting, Rabu (18/11) di Jakarta.

“Indonesia berpeluang masuk ke dalam lima negara di dunia dengan ekonomi terbesar. Untuk mewujudkan impian tersebut kunci utamanya ada pada manusianya,” ungkapnya.

Untuk mendukung bonus demografi yang baik, Syarif Bando berpesan agar paradigma perpustakaan diubah. Dari yang awalnya dianggap sebagai gudang buku, kini harus bertransformasi menjadi perpustakaan yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pendekatan teknologi informasi. Dengan demikian, diharapkan kualitas hidup masyarakat bisa menjadi lebih sejahtera.

“Untuk mencetak SDM yang unggul, budaya literasi harus semakin ditingkatkan dengan tentu saja memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang empat tingkatan literasi, dari kemudahan akses membaca hingga penciptaan barang dan jasa,” jelasnya.

Dalam hal ini, transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan suatu pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan. Caranya adalah selain menyediakan sumber bahan bacaan untuk menggali informasi dan pengetahuan, perpustakaan juga wajib memfasilitasi masyarakat dengan berbagai kegiatan pelatihan dan keterampilan yang bertujuan untuk pemberdayaan sosial-ekonomi masyarakat.

Reporter: Basma Sartika

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung