Pustakawan Berperan dalam Dukung Literasi Digital Nasional

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Masifnya pertumbuhan produksi serta diseminasi informasi di era digital saat ini, membawa tuntutan langsung kebutuhan masyarakat dalam menganalisa dan mengevaluasi informasi.

Pustakawan memiliki peran dalam penguatan budaya literasi, khususnya literasi digital di masyarakat. Pustakawan harus mampu memenuhi pemahaman ruang digital masyarakat menuju masyarakat yang berpengetahuan. Sehingga masyarakat memiliki kecakapan digital dalam mengelola dan mendayagunakan.

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Deni Kurniadi menyampaikan, sebagai salah satu upaya mencerdaskan masyarakat dan penyelenggaraan pembelajaran sepanjang hayat, perpustakaan dapat menyelenggarakan program literasi digital.

"Hal ini ditunjukkan melalui kerja sama kolaboratif dengan memberdayakan berbagai fasilitas TIK perpustakaan serta sumber daya digital lainnya untuk kesejahteraan masyarakat," ungkap Deni dalam Webinar Penguatan Peran Pustakawan dalam Mendukung Literasi Digital Nasional yang digelar secara hybrid pada Kamis,(16/12/2021).

Deni mengatakan, perpustakaan sebagai media literasi digital menjadi harapan bagi pengguna/masyarakat dalam mendapatkan informasi yang mudah, murah, dan cepat secara online.

Program literasi digital perpustakaan, lanjut Deni, akan kurang optimal jika tidak didukung oleh kompetensi pustakawan yang memadai, khususnya dalam hal pengoperasian TIK dan pemanfaatan sumber daya informasi digital perpustakaan.

"Pustakawan sebagai motor penggerak program literasi digital harus mampu mengoptimalkan peran perpustakaan sebagai media social space," kata dia.

Dalam penyediaan konten informasi digital, Deni menjelaskan, pustakawan dapat memanfaatkan database global dan database nasional sehingga peran perpustakaan sebagai media literasi digital masyarakat dapat bekerja secara optimal.

Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Boni Pudjianto mengatakan, literasi digital merupakan kunci dan pondasi utama untuk menghadapi pesatnya perkembangan teknologi. Tak terkecuali, pustakawan.

"Untuk menghadapi tantangan di era digital, pustakawan perlu melakukan transformasi digital. Pustakawan yang biasanya melayani secara fisik namun sekarang melakukan pendampingan secara digital," katanya.

Dikatakan, ada tiga aspek yang harus ditingkatkan oleh pustakawan dalam menghadapi era digital. Salah satunya, perlu adanya infrastruktur digital yang mumpuni, karena semua move to digital.

"Harus dilengkapi dengan SDM, literasi digital agar tidak hanya untuk pustakawan saja tetapi juga masyarakat. Pustakawan harus melakukan kemitraan dengan seluruh stakeholder yang ada, baik komunitas, lembaga, maupun NGO dari dalam dan luar negeri," imbuhnya.

Hal senada juga diungkapkan Ketua Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII), Eine Ayu Saraswati. Menurutnya, literasi digital memerlukan interaksi antara sistem yang baik mudah digunakan.

"Kemudian ada aspek SDM yang berkaitan dengan literasi digital, apa yang perlu dikomunikasikan, pengetahuan yang dikelola," ungkapnya.

Eine mengatakan, pustakawan perlu mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat, sehingga literasi digital dapat berperan dalam berbagai lini kehidupan.

Sementara itu, Pustakawan Universitas Indonesia, Kalarensi Naibaho mengatakan, untuk mendukung gerakan nasional literasi digital perlu penerapan program literasi informasi di perpustakaan sehingga tercipta kolaborasi antar lembaga dan sinergi pustakawan.

Terdapat lima komponen literasi informasi, diantaranya identifikasi, akses, evaluasi, sintesis, dan penggunaan. "Penerapan lima komponen literasi informasi ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan pemustakaan. Rumusan ini akan terkait dengan SKKNI dan sertifikasi pustakawan," katanya.

Kalarensi menegaskan, perpustakaan perlu berkolaborasi dengan Kementerian terkait agar tujuan bersama, yakni menciptakan masyarakat yang berpikir kritis, cakap digital, dan menjadi pembelajar seumur hidup.

"Sinergi pustakawan diperlukan agar program literasi informasi yang menjadi nilai jual perpustakaan lebih terstruktur dan berkesinambungan," tegasnya.

Pustakawan Universitas Gajah Mada, Nasirullah Sitam mengatakan, pustakawan dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana menyebarkan informasi dan menuliskan ide maupun cerita menarik terkait pengalamannya.

 

Reportase: Wara Merdeka

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung