Seminar GPMB : Menulis Bisa Jadi Peluang Bisnis

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta—Menulis dapat dilakukan dimana saja dan mudah dilakukan siapa saja. Namun, perlu alasan kuat yang mendasari untuk jadi seorang penulis. Hal ini penting agar proses menulis nantinya berjalan baik.

Penulis novel populer Ahmad Fuadi mengatakan ada tiga keuntungan yang didapat dari aktivitas menulis, yakni modal sederhana, efek yang luar biasa, dan menembus ruang dan waktu.

“Yang harus diperhatikan dalam menulis adalah bagaimana menciptakan atau produk tulisan yang mempunyai esensi baik serta fleksibel, sehingga konten dalam tulisan mampu mempengaruhi masyarakat yang membacanya,” ujar penulis novel kenamaan Negeri 5 Menara pada Webinar Pembudayaan Kegemaran Membaca kerja sama Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dengan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), pada Rabu, (26/8).

Ahmad Fuadi menambahkan bahwa kegiatan menulis dapat menjadi peluang bisnis apabila ditekuni dengan kesungguhan dan tidak menutup kemungkinan akan Go Internasional. Menulis merupakan bagian dari intellectual property, sesuatu yang bernilai lebih dari buku.

“Untuk terbiasa dalam menulis harus diawali dengan keaktifan membaca. Dua kebiasaan yang saling melekat,” terang Fuadi.

Senada dengan Ahmad Fuadi, penulis lainnya, Nathania Luvena Lais mengatakan menulis harus dilakukan dengan hati. Bagi pemula, menulis memang dirasa sulit. Namun, bisa disiasati dengan membaca buku yang paling disukai terlebih dulu, sehingga dari situ pola pikir akan berkembang, kosa kata akan banyak tersimpan yang memudahkan ketika memulai tulisan.

Sementara itu, praktisi komunikasi Dani M. Akhyar mengatakan di era pandemi saat ini, transformasi digital berjalan dengan cepat. Masyarakat yang mampu bertahan (survive) adalah masyarakat yang mampu sigap beradaptasi dan bertransformasi dengan zaman. Kecanggihan digital sebagai alat bantu haru dapat dikuasai, khususnya oleh para orang tua dan pendidik.

Akan tetapi tidak semua informasi yang diperoleh harus ditelan mentah-mentah tanpa disaring (kroscek) kebenaran atau kevalidannya. Maka itu, sikap kritis  harus dimiliki oleh siapa pun. Cara mengkritisi suatu informasi yang diterima salah satunya lewat tulisan.

“Namun, masih banyak masyarakat yang menganggap menulis belum bisa dijadikan sebagai sebuah profesi yang menjanjikan,” imbuh Dani.  

Yah, pandemi memang mengubah sudut pandang masyarakat terhadap cara penyampaian pengetahuan dan penyebaran informasi. Saat ini ruang digital menjadi hal yang wajar dalam mendapatkan segala sesuatu, termasuk salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan terhadap informasi.

“Saya yakinkan perpustakaan sangat siap menghadapi perubahan di masa pandemi ini. Segala fasilitas ruang digital perpustakaan dan kapabilitas pustakawan dan semua informasi siap untuk didesiminasikan,” terang Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurnaedi.  

Deni menekankan perpustakaan mempunyai peranan mewujudkan manusia yang cerdas yang diharapkan memiliki kebiasaan membaca sebagai usaha belajar sepanjang hayat (reading habit) dan terus mewujudkan masyarakat pembelajar (learning society) melalui penguatan strategi penguatan literasi informasi untuk meningkatkan kesejahteraan.

 

Reportase : Hartoyo Darmawan

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung