Seminar Membangun Budaya Literasi Kab. Pamekasan-Tanpa Pengetahuan Mustahil Tercipta Peradaban

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Pamekasan, Jawa Timur--Paradigma perpustakaan tidak lagi statis, menunggu pengunjung datang seperti di masa abad ke-17. Perpustakaan di era saat ini adalah perpustakaan yang mampu me-manage knowledge. Manifesto IFLA (International Federation of Library Association) menerangkan bahwa tidak ada bangku lain selain perpustakaan umum bagi siapapun yang tidak menamatkan pendidikan.

Di beberapa daerah telah terbukti peran perpustakaan mampu membawa perubahan di masyarakat, khususnya bagi masyarakat marjinal.  Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial lewat ketersediaan koleksi ilmu-ilmu terapan (soft skill) mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik. "Perpustakaan tidak lagi dikunjungi tapi harus mengunjungi, dan melakukan pendampingan sehingga terjadi proses transfer knowledge," imbuh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando saat menjadi narasumber Seminar Membangun Budaya Literasi Melalui Transformasi Layanan Berbasis Inklusi Sosial dan Pengukuhan Bunda Literasi Kabupaten Pamekasan, Kamis, (17/10).

Secara khusus, Kepala Perpusnas menyoroti bahwa di era industri 4.0 kemampuan leadership, kolaborasi, inovasi dan kreativitas sangat diperlukan sehingga membaca menjadi kata kunci. Keaktifan membaca membawa seseorang menjadi professional dan jangan terpaku pada kecanggihan teknologi tapi tidak mampu memanfaatkan. "Di handphone pun pengetahuan bisa diperoleh jika pintar menggunakan. Karena buku digital bisa mudah diperoleh lewat handphone," lanjut Kepala Perpusnas.

Terkait literasi, Kepala Perpusnas menekankan bahwa literasi bukan sekedar tahu huruf dan bisa mengeja, menyusun kata demi kata menjadi kalimat. Melainkan harus mampu menghasilkan gagasan baru. Semua elemen, termasuk  legislatif maupun eksekutif harus berjuang dan bersinergi. Perpusnas siap membantu Kabupaten Pamekasan menjadi Pamekasan Hebat sesuai slogannya saat ini.

Senada dengan hal tersebut, Wakil Bupati Pamekasan Raja'e menegaskan bahwa kemampuan membaca harus dimiliki setiap bangsa yang sedang berkembang. Cita-cita Pamekasan yang hebat jangan sekedar slogan. Ini cita-cita bersama, dan cara pandang ke depan. Sumber daya alam Pamekasan sudah cukup memenuhi standar kualitas pendidikan.

"Tanpa pengetahuan mustahil tercipta peradaban," ucap Wabup.

Provinsi Jawa Timur memiliki tidak kurang 26.000 perpustakaan, dan 3.000 di antaranya adalah perpustakaan desa. Dengan jumlah tersebut, lalu apa yang bisa dioptimalkan perpustakaan desa terkait program inklusi sosial? Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur Abdul Hamid meminta masyarakat untuk memanfaatkan bahan bacaan. "Kami punya program 30 ribu eksemplar untuk tiap perpustakaan desa. Dan mayoritas adalah koleksi berbasis enterpreneur yang saat ini sedang digencarkan," terang Abdul Hamid.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpusnas juga memberikan bantuan satu unit mobil perpustakaan keliling, dan mengukuhkan Nayla Hasanah sebagai Bunda Literasi Kabupaten Pamekasan. Bunda literasi yang juga istri dari Bupati Pamekasan dianggap sosok yang senang dengan membaca dan dunia literasi.

Salah satu terobosan yang dilakukannya adalah  mengkolaborasikan program Posyandu, PKK, dan perpustakaan desa.

 

Reportase/fotografer: Hartoyo Darmawan

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung