Bandar Lampung, Lampung—Budaya baca sejak usia dini penting untuk dikembangkan sebagai upaya pencegahan terhadap pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh judi daring/online (judol).
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) E. Aminudin Aziz menyatakan pembangunan literasi, numerasi, dan kegemaran membaca di masyarakat Indonesia belum memberikan hasil yang menggembirakan.
“Terjerumusnya seseorang ke judi daring itu bukti rendahnya literasi pelaku karena tidak mau membaca,” ujarnya dalam acara Gerakan Indonesia Membaca yang berlangsung di Bandar Lampung, Lampung, pada Senin (26/8/2024).
Menurutnya, kasus judi daring yang terjadi pada anak kembali pada lemahnya pengawasan orang tua. “Bukan hanya anak-anak, tapi bayi pun sudah disodorkan gawai, jika sudah adiktif itu bahaya karena tidak dapat dipisahkan,” urainya.
Berdasarkan data dari Satgas Pemberantasan Judi Online, pemain judi daring yang berusia di bawah 10 tahun, yang terjaring mencapai 80 ribu orang atau mencapai 2 persen dari total pemain saat ini.
Dia menekankan bahwa tugas yang dilakukan Perpusnas adalah ikut membangun urusan terkait literasi dan meningkatkan kegemaran membaca. “Mari kita buatkan infrastruktur untuk membaca. Budaya bacanya yang dibangun, nanti literasi akan naik dengan sendirinya,” tuturnya.
Untuk membangun budaya membaca yang menyenangkan, Perpusnas menyediakan buku bacaan bermutu yang sesuai dengan minat. Selain itu, Perpusnas juga menciptakan ruang baca di desa dan taman bacaan masyarakat (TBM) melalui program bantuan seribu buku bahan bacaan bermutu untuk 10.000 perpustakaan desa dan TBM.
“Bantuan ini kami berikan melalui usulan dari pemerintah daerah kabupaten/kota,” imbuhnya.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa literasi merupakan kemampuan untuk menggunakan informasi, baik tekstual maupun nontekstual, untuk meningkatkan kualitas hidup.
“Kemampuan untuk membaca dan memahami bacaan dengan cara yang benar, bertindak sesuai hasil pemahaman itu, agar tidak terjerumus dalam hal-hal tidak baik, seperti halnya judi daring tadi,” ungkapnya.
Sementara itu, Kanit Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Lampung Kompol Fredy Aprisa Putra menuturkan fenomena judi daring semakin meluas seiring berkembangnya teknologi dan akses internet.
Kemudahan akses dan potensi keuntungan instan ini membuat judi daring terlihat menarik bagi untuk masyarakat. Iklan-iklan judi daring ini tanpa disadari sering muncul di media sosial. “Ketika muncul tampilan iklan berupa tampilan game menarik, memicu anak-anak untuk klik dan akhirnya berkembang,” katanya.
Menurutnya, dampak dari judi daring ini sangat merugikan baik dari segi ekonomi, sosial, serta moral. “Judi daring saat ini wabahnya seperti narkoba, kita hentikan muncul kembali. Kita hentikan bandarnya, tapi peminatnya masih banyak,” ungkapnya.
Upaya yang dilakukan Polda Lampung dalam mencegah merebaknya judi daring, adalah melakukan edukasi dan sosialisasi bahaya judi daring kepada masyarakat. “Selain itu, kami setiap hari melakukan patroli dunia maya, kami takedown iklan-iklan yang memuat materi judi daring,” tuturnya.
Dia mengimbau peserta yang hadir untuk lebih berhati-hati dan bijak menggunakan gawai, karena semakin canggih teknologi, maka semakin banyak potensi kejahatan yang muncul.
Senada, Asisten III Bidang Administrasi Umum Provinsi Lampung Senen Mustakim menyatakan kebiasaan anak masa kini yang dekat dengan gawai perlu menjadi perhatian. “Gawai menjadi kebutuhan untuk dunia saat ini, perlu menjadi perhatian orang tua untuk mengajak anak rajin membaca buku,” jelasnya.
Saat menyampaikan pidato Pj. Gubernur Lampung Samsudin yang berhalangan hadir, dia mengungkapkan upaya pencegahan judi daring dapat dilakukan dengan mengajak anak membaca buku secara fisik. “Ini pekerjaan berat kita, untuk mengajak seluruh masyarakat, tidak hanya anak-anak namun juga seluruh ASN, membudayakan kembali kebiasaan membaca,” tukasnya.
Acara Gerakan Indonesia Membaca juga diisi dengan sosialisasi dan bimbingan teknis Membaca Nyaring dengan 150 peserta yang dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kelas untuk orang tua, guru, dan pustakawan/pegiat literasi.
Gerakan Indonesia Membaca merupakan program yang bertujuan untuk mempromosikan pentingnya membaca sebagai modal utama dalam meningkatkan budaya literasi masyarakat. Gerakan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis masyarakat, memperluas wawasan, meningkatkan kreativitas, dan membantu mengatasi masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan rendahnya tingkat literasi.
Reporter: Gilang Arwin Saputri
Editor: Hanna Meinita
Dokumentasi: Deny Irawan