Kemayoran, Jakarta - Kini dikenal sebagai desa literat, Pemerintah Dusun Purwo Bakti, Kabupaten Bungo, Jambi telah menunjukkan hasil dalam upaya mendekatkan perpustakaan desa dengan masyarakat setempat.
Ditandai dengan mendapat apresiasi dari Perpustakaan Kabupaten Bungo berupa hibah Mobil Perpustakaan Keliling, Kepala Desa Purwo Bakti Lenny Maryani pun membenarkan bahwa keberhasilannya memajukan perpustakaan desa ini tidak luput dari peran Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) yang telah memberikan bantuan berupa televisi dan komputer.
Melalui berbagai inisiatif dan program yang fokus pada penguatan budaya baca dan literasi, Lenny mengungkapkan bahwa mewujudkannya tidak mudah karena sebelumnya masyarakat mudah bosan.
“Tidak mudah, pasti ada tantangannya karena kita mau meraih hasil yang baik. Itulah tantangan kita, bagaimana perpustakaan desa bisa memotivasi untuk terus semangat membaca,” ucapnya dalam Diskusi Kelompok Terpumpun Sesi Pembahasan Isu Penguatan Budaya Baca dan Literasi pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bidang Perpustakaan Tahun 2024, Rabu (15/5/2024).
Pada kesempatan tersebut, Ia membagikan strategi yang diterapkan selama ini. Pertama, sosialisasi secara manual dengan brosur, website resmi desa, dan media sosial seperti facebook dan instagram perpustakaan desa.
“Dengan sosialisasi, masyarakat mengetahui bahwa perpustakaan kami aktif dan menerima siapa saja untuk berkunjung. Promosi ini dilakukan di sekolah dan pengajian,” jelasnya.
Strategi yang kedua yakni peningkatan fasilitas dalam menunjang semua kegiatan di perpustakaan desa. “Perpustakaan masuk dalam kebijakan desa. Kami menganggarkan untuk layanan WI-Fi, penambahan buku koleksi, bahkan staf perpustakaan kami anggarkan Rp 1,8 juta per bulan,” tambahnya. .
Selanjutnya, strategi yang ketiga, Lenny menyebut diperlukan kerja sama antara pemerintah, lembaga pendidikan, kesehatan, komunitas lokal, dan pihak lainnya. Dari segi lembaga pendidikan, ia menekankan bahwa perpustakaan tidak hanya menerima kunjungan pinjam buku, akan tetapi juga membuka layanan bimbingan belajar bagi anak yang belum bisa baca, tulis, dan hitung (calistung) secara gratis.
“Kami menarik masyarakat dengan cara ini supaya bisa mengubah citra perpustakaan desa menjadi lebih baik. Bagi masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah, silakan datang ke perpustakaan. Kita jemput anak sekolah dengan mobil ambulance,” tegasnya.
Penggunaan mobil ambulance ini baginya dapat menumbuhkan citra yang berbeda pula. Alih-alih takut, sebaliknya mereka senang sebab melalui kendaraan ini bisa mengantarkan ke perpustakaan desa.
Kerja sama juga dilakukan melalui penyediaan bahan bacaan buku untuk kegiatan posyandu, sesuai amanah dari Perpusnas, yang mengharapkan perpustakaan desa dapat mengajak masyarakat untuk mencegah stunting.
“Kami juga menyediakan bahan bacaan dan pelatihan untuk remaja masjid dan karang taruna. Di antaranya pelatihan merangkai buket hingga budidaya ikan lele agar bisa mempromosikan keterampilannya di sekolah dan membantu perekonomian keluarga,” jelasnya.
Seluruh kalangan dilibatkan olehnya tanpa permasalahan dalam penganggaran dana desa untuk mendukung kegiatan perpustakaan. Hal itu dilaksanakan Lenny dengan ikhlas demi penguatan budaya baca dan literasi di desa.
“Kalau mau berbuat, jangan dulu berharap untuk dipuji. Nanti kita akan mendapatkan balasannya. Yang penting kita berbuat dulu berdasarkan yang dibutuhkan oleh masyarakat selama hal itu bermanfaat,” pungkasnya berpesan kepada peserta Rakornas.
Reporter: Alditta Khoirun Nisa
Dokumentasi: Ahmad Kemal