Jakarta - Kebakaran dapat membawa bencana besar dan akibatnya pun sangat luas. Musibah yang timbul setelahnya dapat berupa kerugian materi, hingga merenggut korban jiwa.
Upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran membutuhkan kepedulian serta peran aktif dari seluruh pihak. Dengan demikian, risikonya dapat ditekan sekecil mungkin.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) dalam hal ini memfasilitasi kegiatan Sosialisasi Pencegahan Kebakaran secara daring, Senin (18/9/2023).
Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan Umum Perpusnas, Janti Suksmarini dalam arahannya mengatakan ada 5 (lima) hal penting yang harus diperkuat guna menyukseskan pemahaman atas bahaya kebakaran antara lain kebijakan, sarana dan peralatan kerja, SDM, anggaran, serta komitmen dan kesadaran bersama.
“Dari kelima aspek penting tadi, komitmen dan kesadaran bersama harus menjadi yang utama terutama untuk disiplin mematikan perangkat kerja elektronik setelah pemakaian, tidak memasak di dalam ruang kerja, tidak merokok di ruang kerja, serta saling menjaga dan mengingatkan antar sesama,” jelasnya.
Sebagai narasumber dari PT. Revorma Integra Solusi, Mohamad Yusuf Ismet membenarkan instalasi elektrikal harus dimatikan setelah selesai bekerja. Selain itu, terlepas untuk pencegahan kebakaran, dia juga memberikan beberapa usulan diantaranya memidahkan benda-benda yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran.
“Usulan dari saya ialah untuk membereskan ruang genset karena ada banyak barang mudah terbakar yang disimpan di sana. Lalu, di basement dua Perpusnas Medan Merdeka Selatan juga banyak tumpukan kardus yang menjadi potensi kebakaran,” ucapnya.
Selanjutnya, dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, Saepulloh juga menanggapi bahwa proteksi kebakaran terdiri dari 2 (dua) jenis sistem yang terpasang yakni aktif dan pasif. Dia menjelaskan peralatan proteksi kebakaran aktif berbentuk deteksi, alarm, APAR, sprinkler, dan hydrant.
“Sistem deteksi dan alarm kebakaran gedung berfungsi untuk mendeteksi kebakaran sedini mungkin agar bisa diketahui lebih cepat sehingga upaya pemadaman bisa lebih cepat dilakukan dan dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa. Jenis alat deteksinya pun beragam ada yang untuk asap, panas, dan nyala api,” paparnya.
Sementara itu, narasumber terakhir dari PT. Interprima Indocom, Ahmad Zakky Ri’ayatullah menerangkan bahwa petir juga berpotensi untuk menyebabkan kebakaran, sehingga dibutuhkan sistem proteksi petir terintegrasi untuk memberikan perlindungan ekstra.
“Sambaran petir dapat menyebabkan kebakaran, untuk itu sebuah gedung harus memiliki proteksi petir terintegrasi yang dapat melindungi secara eksternal dan internal. Sistem eksternal sangat penting untuk melindungi secara langsung, sedangkan sistem internal dapat digunakan untuk menjaga alat-alat eletronik yang ada di dalam gedung,” pungkasnya.
Reporter: Basma Sartika