Belanda--Dunia kita dapat dilihat dengan berbagai perspektif. Di satu sisi dunia yang bersifat stabil, pasti, rumit, seragam, dunia yang nyaman tapi membosankan, sedangkan di sisi lain bersifat dinamis, tidak pasti, kompleks, ambigu. Sisi lain tersebut dikenal dengan dunia VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous) yang tidak nyaman tetapi menyenangkan.
Demikian pengantar yang disampaikan oleh Martin van Staveren, akademisi dari Universitas Twente Belanda, pada pidato kuncinya di konferensi kepala perpustakaan nasional (CDNL) yang diselenggarakan di Australia pada Rabu (8/9/2021). Konferensi kali ini merupakan kali pertama yang berlangsung secara daring via Zoom berhubung situasi pandemi yang belum usai di berbagai belahan dunia. Tema yang diangkat pada penyelenggaraan tahun ini “Uncertainties: How National Libraries Deal with Risks & Opportunities†sangat erat kaitannya dengan situasi global yang dampaknya dirasakan penduduk sedunia.
Dunia VUCA dipengaruhi di antaranya oleh: perubahan iklim, isu privasi, isu keamanan, migrasi, perkembangan digital dan teknologi, isu sosial. Dalam dunia VUCA terdapat dua jenis masalah dan bagaimana menghadapi risiko.
Pertama, masalah yang sulit dan yang mudah tapi dapat diselesaikan dengan suatu kesepakatan terbaik, keputusan yang jelas dan diatasi dengan peraturan dan kendali. Kedua, masalah yang kompleks dan isu yang rumit yang tidak dapat diselesaikan dengan suatu kesepakatan terbaik dan keputusan yang sulit, tapi dengan dialog dan keuletan.
“Saya yakin organisasi-organisasi di dunia saat ini, termasuk perpustakaan juga pasti menghadapi masalah yang kompleks,†ujar Martin.
Namun demikian, manajemen risiko yang konvensional ada kekurangannya, yaitu terlalu kompleks, hanya bersifat kuantitatif dan analitis di atas kertas, serta tidak dievaluasi apakah berhasil atau tidak, terjebak pada ilusi kendali yang maksudnya manajemen risiko adalah untuk meminimalisasi risiko, padahal bukan itu fakta di dunia VUCA dan biasanya orang-orang berdalih tidak memiliki tools-nya untuk melakukan manajemen risiko, padahal tidak diperlukan tool sama sekali pada risk leadership di situasi yang kompleks. Oleh karena itu, perlu pendekatan baru, yaitu risk leadership yang didorong oleh tujuan dan berkaitan dengan ketidakpastian antara risiko dan peluang.
“Tujuan organisasi merupakan hal yang sentral. Anda harus yakin terlebih dahulu akan tujuannya dan efek ketidakpastian pada tujuan tersebut, yang dapat dianggap sebagai risiko,†tegasnya.
Namun demikian, risiko juga berkaitan dengan persepsi orang. Oleh karena itu, risiko dapat juga dilihat dari sisi positifnya. “Tidak hanya efek negatif dari ketidakpastian yang dapat kita pertimbangkan, tapi kita juga dapat menganggapnya sebagai peluang, sebagai efek positif dari ketidakpastian,†Martin berpesan.
Martin mengingatkan ada beberapa hal yang perlu diingat dan diterapkan saat menerapkan risk leadership, yaitu mengidentifikasi masalah mudah dan sulit, memahami bahwa risiko merupakan efek dari ketidakpastian pada tujuan, risk leadership harus berani untuk menghadapi risiko, menanyakan tiga pertanyaan pada tujuan, ketidakpastian, dan perbuatan, mengembangkan kompetensi risk leadership secara bertahap, mulai dari diri Anda sendiri dan bantu yang lain, dan tentunya harus mempraktikkan yang Anda katakan.
Â
Reportase: Eka Cahyani
Â
Â