Jakarta—Semarak dan semangat peringatan kemerdekaan sangat terasa pada apel pagi kali ini walaupun seminggu telah berlalu sejak upacara peringatan 76 tahun hari kemerdekaan Indonesia. Tidak banyak perbedaan dari apel-apel sebelumnya, hanya saja sebelum apel pagi yang dimulai tepat pada 07.30 WIB, host menayangkan 10 finalis lomba Puisi Bung Karno saat mereka unjuk gigi di hadapan dewan juri.
Apel pagi rutin setiap Senin selama PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) digelar secara virtual untuk menanamkan rasa cinta tanah air di tengah situasi serba sulit akibat pandemi. Selain itu, apel dapat menjadi ajang silaturahim antarpegawai yang telah lama tidak berjumpa akibat kebijakan WFH 100%.
Bertindak sebagai pimpinan apel kali ini, yakni Kepala Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Janti Suksmarini. Pada kesempatan tersebut, ia mengingatkan seluruh peserta apel mengenai perjuangan pelik founding fathers sebelum memproklamasikan kemerdekaan agar tidak terlupakan begitu saja dan peran penting yang kita miliki untuk mengisi kemerdekaan.
Perwujudan rasa cinta tanah air saat ini dapat disalurkan melalui kerja keras, berbagai terobosan dan inovasi untuk membangun negeri dan menyejahterakan rakyat Indonesia. Dan yang kini memegang peran tersebut adalah kita semua. Tidak hanya militer yang berperan, tapi juga peran seluruh komponen bangsa, seperrti yang dikutip Janti dari pesan Bung Karno, yaitu “bahwa perang modern bukan sekadar perang militer, melainkan peperangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Pada dasarnya, kemerdekaan hanyalah ruang yang memberikan kita kebebasan untuk menentukan dan menjalankan konsepsi nasional kita sendiri. Tentu saja, konsepsi nasional itu harus memberikan kita prinsip dan arah untuk mencapai tujuan nasional kita, yakni masyarakat adil dan makmur.
Hal yang perlu terus dipahami adalah bahwa proklamasi dan deklarasi kemerdekaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena upaya untuk memisahkan keduanya berarti menghilangkan arti dan tujuan berjuang untuk meraih kemerdekaan.
Dengan proklamasi dan deklarasi kemerdekaan sekaligus, perjuangan bukan hanya keluar dari kolonialisme dan mendirikan negara baru, tetapi ada tujuan berbangsa yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dwi-tunggal proklamasi dan deklarasi kemerdekaan dimaknai sebagai jembatan emas.
Generasi saat ini dan mendatang harus senantiasa menghayati pesan yang disampaikan proklamator Bung Karno pada 17 Agustus 1945, “Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya….â€
Apel pagi ditutup dengan pengumuman tiga pemenang lomba baca puisi Bung Karno.
Â
Reporter: Eka Cahyani