Medan Merdeka Selatan, Jakarta – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) memiliki kontribusi dalam pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Dalam mewujudkannya, Perpusnas tidak bergerak sendiri melainkan sinergi dengan kementerian dan lembaga terkait bahkan hingga pemerintah yang ada di daerah. Hal ini sejalan dengan fokus utama pembenahan SDM yang tertuang dalam Prioritas Pembangunan Nasional.
Demikian ditegaskan Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando dalam Radio Talk mengangkat tema “Transformasi Layanan Perpustakaan untuk Pemulihan Ekonomi di Era Covid-19â€, Senin (14/12).
Untuk peningkatan kualitas SDM, lanjut Syarif, Perpusnas tidak bekerja sendiri tetapi dengan melakukan sinergitas dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan alumni perguruan tinggi, dengan latar belakang pendidikan berbeda, membantu mengedukasi masyarakat di lapangan. “Dengan kemampuan digital generation mereka cepat sekali menyesuaikan dengan berbagai platform yang dibagikan melalui media sosial atau fasilitas yang ada di Perpustakaan Nasional sehingga konektivitas ini menjadi sangat penting,†ungkapnya.
Syarif menambahkan, pembangunan kualitas SDM untuk mewujudkan Manusia Unggul kita dapat memotivasi dan meyakinkan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya Sumber Daya Alamnya tetapi selalu saja ada keterbatasan untuk menjadikan bahan baku ini menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual tinggi.
“Ini menjadi catatan penting bukan hanya dari Perpustakaan Nasional tetapi semua Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah. Sinergitas dengan berbagai pihak ini sangat diperlukan ,†lanjutnya.
Lebih lanjut dijelaskan, tujuan negara berdasarkan UUD 1945 yakni mencerdaskan anak bangsa, serta memajukan kesejahteraan umum untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. “Siapapun kita memiliki tugas dan tujuan yang sama, hanya saja penting dipertegas bagaimana fokus untuk outcome dan impactnya,â€
Sementara itu, Direktur Agama, Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami mengatakan, program literasi masuk pada bagian yang melekat pada Prioritas Pembangunan Nasional yakni untuk peningkatan SDM. Salah satu dukungan Bappenas, yakni melalui bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memperkuat program literasi tersebut.
Â
Amich menyebut, kemampuan literasi yang tidak ditumbuhkan sejak dini pada pendidikan dasar bahkan memasuki sekolah menengah hingga perguruan tinggi itu memiliki resiko yang berdampak pada kehidupan. Resiko pertama yakni di bidang pendidikan.
Â
“Bagaimana kita bisa mendidik anak yang kemampuan literasinya tertinggal, itu kan usahanya menjadi berlipat. Jika mengulang pendidikan berarti terjadi inefisiensi dari sisi pembiayaan,†terangnya.
Â
Selain itu, terkait produktifitas, seseorang yang tidak memiliki literasi kemungkinan untuk tidak mendapatkan pekerjaan yang layak, dan kalaupun masuk pada kelompok pekerja yang keterampilan rendah maka dampaknya juga pada tingkat kesejahteraan.
Â
“Terakhir mengenai kesehatan. Ketika seseorang tidak memiliki kemampuan literasi, misalnya tidak paham apa itu sanitasi, hidup sehat, maka resiko terhadap penularan segala macam penyakit terbuka luas, dan tentunya akan ada resiko biaya kesehatan yang harus dikeluarkan,†pungkasnya.
Reportase: Wara Merdeka
 Fotografer: Ahmad Kemal