Salemba, Jakarta – Keluarga besar Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengadakan halal bihalal Idul Fitri 1438 Hijriyah pada Rabu (4/7) di Auditorium Perpusnas, Jl. Salemba Raya No. 28A, Jakarta. Kegiatan silaturahim antarkaryawan Perpusnas tersebut dihadiri Kepala Perpusnas Muh. Syarif Bando, para pejabat struktural dan fungsional, seluruh staf, serta para purnabakti. Pada halalbihalal ini, hadir Syeikh Fikri Thoriq Alkatiri sebagai penceramah.
Dalam sambutannya, Muh. Syarif Bando menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh pegawai, purnabakti, dan mitra, jika selama memimpin Perpusnas telah melakukan kesalahan. “Tentu saja saya memiliki keterbatasan, ketidakmampuan dalam memimpin. Namun saya pastikan, kehadiran saya sebagai Kepala Perpustakaan Nasional tugasnya adalah melayani kita semua. Dan kita sudah sepakat bahwa kehadiran kita adalah untuk kepentingan masyarakat,” jelasnya.
Syarif Bando menekankan fungsi dan peran perpustakaan yang dibutuhkan masyarakat. “Sejatinya, tidak ada umat manusia yang memandang enteng perpustakaan. Kecuali para pekerja di perpustakaan yang merendahkan diri dan martabatnya karena tidak mampu menghasilkan ide dan gagasan yang sesuai dengan eksistensi perpustakaan yang fungsinya mencerdaskan manusia,” urainya.
Karena itu, Syarif Bando berharap seluruh pegawai mengembangkan ide dan gagasan agar menjadikan Perpustakaan Nasional sebagai lembaga rujukan masyarakat. Syarif menjelaskan, untuk mengembangkan Perpusnas, dia memiliki dua hal yang menjadi perhatian. Pertama, melakukan digitalisasi buku bacaan. Kedua, Syarif kembali mengingatkan bahwa budaya baca masyarakat Indonesia sangat tinggi. Kendala yang saat ini dialami masyarakat adalah jumlah buku tidak bisa mengimbangi jumlah penduduk. “Budaya baca masyarakat Indonesia tidak rendah. Data terakhir tahun 2017, delapan judul buku ditunggu oleh 120.000 orang. Namun bagaimana bisa membaca, orang di daerah pedalaman, pulau terpencil, di perbatasan, dan di luar Pulau Jawa? Oleh karena itu, tugas kita bersama untuk menekankan bahwa membaca dan menulis itu penting,” tuturnya.
Syarif mengajak seluruh pegawai untuk bekerjasama meningkatkan pemerataan minat baca. “Mari kita betul-betul bekerja lebih dari yang seharusnya dilakukan, karena itulah yang menjadi esensi lembaga kita,” tutupnya.
Benteng Suatu Bangsa Adalah Perpustakaan
Dalam ceramahnya di hadapan seluruh pimpinan dan pegawai Perpusnas, Syeikh Fikri Thoriq Alkatiri menjelaskan pentingnya perpustakaan untuk kemajuan bangsa. Pengasuh program Kecerdasan Spiritual Para Nabi dan Sahabat di salah satu TV swasta ini mengajak seluruh pegawai untuk menjadi teladan dalam mengajak masyarakat agar gemar membaca.
“Diawali dengan apa? Kita yang bertugas di perpustakaan ini, ya harus rajin membaca. Kita tidak akan berhasil mengajak masyarakat untuk rajin membaca kalau kitanya, malas membaca. Dakwah dengan perbuatan atau contoh lebih mengena, ketimbang dakwah dengan perkataan. Jadi dakwah kita ada sentuhannya,” urainya.
Menurut Fikri, perpustakaan merupakan gudang ilmu bagi suatu bangsa. Dia menilai, suatu bangsa bisa hancur jika gudang ilmu tersebut dimusnahkan. “Perpustakaan adalah benteng terbesar suatu negara. Kenapa saya bisa bilang begitu? Saya kasih bukti, kehancuran Al-Andalus (Andalus) diawali dari kehancuran Kordoba. Yang pertama dihancurkan adalah perpustakaan terbesar Andalus yang ada di Kordoba, setelah itu hancur leburlah Andalus. Luar biasa. Suatu bangsa kekuatannya ada di perpustakaannya. Sebegitu besar peran perpustakaan. Dan kita sangat khawatir, jika anak bangsa meremehkan suatu perpustakaan, maka kelemahan suatu bangsa itu terjadi,” urainya.
Fikri mengajak seluruh pegawai untuk membiasakan membaca buku. Karena keteladanan akan menjadi rujukan untuk lingkungan, terutama keluarga. “Insya Allah kita bisa menjadi orang mensyiarkan budaya baca ini,” pungkasnya.
Reporter: Hanna Meinita/Fotografer: Arwan Subakti