Jakarta–Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat menjajaki peluang kerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas). Hal ini disampaikan dalam audiensi antara Pengurus PWI Pusat dan Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta, pada Kamis (19/1/2023).
Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari, menyatakan peluang kerja sama antara pers dan Perpusnas ini dibangun jelang Hari Pers Nasional (HPN) yang diperingati setiap 9 Februari. Pada puncak peringatan HPN tahun ini, yang dijadwalkan diselenggarakan di Medan, dia berharap jalinan kerja sama antara PWI dan Perpusnas dapat disahkan.
“Karena kita ingin kerja sama, karena pers dan perpustakaan seharusnya bersatu. Ke depan, saya kira pers ini harus selalu diperkuat oleh dokumentasi perpustakaan. Tanpa itu, kualitas pers akan kalah dengan media sosial,” jelasnya kala ditemui usai audiensi.
Dia mengakui saat ini, perkembangan perpustakaan sudah semakin maju dan luar biasa. Perpusnas dapat membentuk individu dari lapisan manapun untuk meningkatkan harkat hidupnya dengan membaca buku dan ilmu pengetahuan. Salah satunya melalui Pojok Baca Digital (Pocadi).
Sebagai informasi, Pocadi merupakan salah satu kegiatan prioritas nasional di bidang perpustakaan. Pocadi adalah tempat membaca yang menyediakan koleksi buku cetak dan buku digital (e-book), di antaranya 150 judul dengan 300 eksemplar buku cetak. Koleksi buku digital yang ada di Pocadi berasal dari konten yang tersimpan pada lokal server dan juga konten dari aplikasi iPusnas.
Dia berharap Perpusnas dapat menyerahkan Pocadi ke pihaknya sehingga dapat ditempatkan di perwakilan PWI daerah.
Sementara itu, Kepala Perpusnas menyambut baik rencana kerja sama antara pihaknya dan PWI Pusat. Perpusnas dan pers memiliki kekuatan yang sama yakni membangun masyarakat berpengetahuan. Pihaknya siap menjalin kerja sama dan memberikan Pocadi untuk PWI dan ditempatkan di daerah.
Dia menjelaskan, secara fungsi perpustakaan dibagi menjadi tiga yakni 10 persen untuk manajemen koleksi, 20 persen untuk manajemen ilmu pengetahuan, dan 70 persen untuk transfer ilmu pengetahuan. Menurutnya, transfer ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari wartawan dan pustakawan.
Untuk itu, Perpusnas dan pers harus menegaskan ke masyarakat mengenai pentingnya literasi. Dia menegaskan, ilmu pengetahuan mendukung terciptanya perkembangan teknologi. “Teknologi itu mahal, dan semua didapat dari membaca buku. Hal ini membuktikan dan menjelaskan mahalnya ilmu pengetahuan,” tuturnya.
Ervik Ari Susanto dari Masyarakat Pers Pemantau Pemilu (Mappilu) mengatakan kehadiran Pocadi sangat bermanfaat untuk masyarakat. Dia mengakui para mahasiswa memanfaatkan koleksi Pocadi secara optimal.
Pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum YAHMI ini berkisah mengenai Pocadi yang hadir di Graha HMI Bandung, Jawa Barat. Pada pertengahan tahun lalu, pihaknya mendapat bantuan berupa Pocadi.
Setiap hari, sekitar 300-400 orang mahasiswa di Bandung datang ke Graha HMI bandung. Dan sebagian mau berlama-lama di Pocadi. Salah duanya adalah kawan-kawan dari ITB dan pers kampus.
“Saya sempat berdiskusi. Dan ternyata jawabannya sangat surprise untuk kami. Kawan-kawan dari ITB mengatakan ada banyak referensi terutama jurnal ilmiah yang dia dapatkan di Pocadi. Kemudian teman-teman pers kampus mendapatkan pengalaman sama. Dia bilang, dia biasa search di-googling kan tetapi itu terbatas paling satu hingga dua halaman. Tetapi dengan dia duduk di Pocadi, dia bisa mendapatkan beberapa karya tulisan lama yang dia dapatkan secara utuh,” urainya.
Pengelola Graha HMI Bandung ini mengaku bangga dengan Perpusnas. Dia berharap Perpusnas akan semakin banyak menjangkau ke daerah, terutama ke kampus dan pers.
Reporter: Hanna Meinita
Fotografer: Deni