Surabaya, Jawa Timur – Perpustakaan sebagai jantung pendidikan memiliki peran dalam meningkatkan literasi. Tak terkecuali bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pasalnya, melalui bahan bacaan buku ilmu terapan dapat digunakan masyarakat untuk meningkatkan kualitas produknya.
Hal tersebut disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando dalam Gelar Wicara Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat dengan tema 'Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional', yang diselenggarakan secara hybrid di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (16/04).
"Dimana hubungan antara UMKM dengan perpustakaan? Kalau bicara perpustakaan sebenarnya instutusi pendidikan, maksud saya disana ada ilmu, kemudian dari ilmu itu ada teori, ada praktek. Kemudian teori menghasilkan kecerdasan dan skill, ada keterampilan," ungkapnya.
Lebih lanjut dikatakan, peran perpustakaan bersama dengan masyarakat membangun imajinasi, membangun kreativitas dan inovasi, untuk memulai membuat produk. Menjadi tantangan ke depan adalah meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, karena tidak semua produk akan masuk dalam perdagangan dunia.
"Saya kira ini menjadi tujuan kita semua bahwa literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang yang dapat diukur pada tingkat kemampuan untuk menciptakan barang dan jasa. Namun keterbatasan bahan bacaan masih menjadi tantangan kita dalam memberikan akses bahan bacaan terbaru, terkini, terlengkap unntuk masyarakat," katanya.
Maka pihaknya mendorong sinergi antara pemerintah daerah maupun perguruan tinggi untuk menyediakan bahan bacaan ilmu terapan yang dapat digunakan oleh masyarakat. Sesuai dengan standar UNESCO bahwa minimal tiga buku baru setiap orang setiap tahun. Namun, di Indonesia satu buku ditunggu 90 orang.
Sepakat dengan Kepala Perpusnas, Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, menyatakan bahwa literasi dapat dikaitkan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jika dikaitkan dengan UMKM, UMKM di Jatim mendukung terhadap pertumbuhan Produk Domestik Regional Brito (PDRB) sebesar 57,81 persen. Meski begitu penggunaan digitalisasi masih perlu didorong lagi, karena baru 44 persen UMKM di Jatim yang menggunakan sistem digital.
"Hal ini mengingatkan kepada kita semua bahwa di tahun 2030, Jack Ma pernah mengatakan UMKM di dunia will be online, hampir 95 persen akan melaksanakan perdafangan secara online. Sehingga pemahaman mengenai literasi seperti yang disampaikan tadi menjadi penting," tuturnya.
Mengenai bantuan Pojok Baca Digital (Pocadi) yang diberikan ke sejumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Jatim, Gubernur Khofifah mendorong agar pemerintah kabupaten/kota dapat mereplikasi pocadi, agar dapat hadir di setiap kecamatan.
"Kalau itu bisa ditumbuhkembangkan sampai tingkat kecamatan, maka proses literasi digital dapat mendongkrak UMKM, supaya segera melakukan transformasi digital ini akan lebih dekat. Bantuan stimulan dari Perpusnas ini saya mohon dapat direplikasi," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando secara simbolis menyerahkan Dana DAK Pembangunan Gedung TA 2022 kepada Bupati Sampang (pembangunan gedung), Bupati Nganjuk dan Bupati Madiun (DAK perluasan gedung). Dilanjutkan dengan penyerahan Pojok Baca Digital (POCADI) secara simbolis kepada Bupati Trenggalek, Bupati Gresik, Bupati Jember, Bupati Tuban, Bupati Probolinggo, Bupati Lamongan, Bupati Pamekasan, Walikota Batu, Walikota Mojokerto.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando juga menyerahkan Piagam Penghargaan kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Diantaranya, penyerahan dana DAK TA 2022 (perluasan gedung), Mobil Perpustakaan Keliling (MPK), buku kemas ulang informasi naskah-naskah kuno tentang Majapahit di Perpustakaan Nasional (Pararaton, Negarakertagama, Ranggalawe, dan Babad Tanah Jawi) serta Naskah Nusantara subjek Jawa Timur, serta piagam penghargaan sebagai provinsi terbanyak perpustakaan terakreditasi se-Indonesia.
Â
Reportase: Wara Merdeka
Fotografer: Ahmad Kemal