Jakarta - Peran perpustakaan sangat diperlukan dalam penguatan budaya. Melalui penyediaan bahan informasi yang berkualitas, dapat mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Deputi Bidang Pengembangan Bahan Perpustakaan, Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Deni Kurniadi menyebut, literasi telah diadopsi sebagai salah satu indikator penting dalam pembangunan yang memiliki dampak sosial-ekonomi. Literasi juga berkaitan erat, dengan pembangunan ekonomi yang membawa kesejahteraan.
"Guna mewujudkan masyarakat yang berliterasi, dan meningkatkan peran literasi untuk kesejahteraan, perpustakaan terus melakukan transformasi layanan berbasis inklusi sosial," ujar Deni pada Webinar yang diselenggarakan Perpusnas dengan Politeknik Internasional Bali mengusung tema Penguatan Budaya Literasi Dalam Mendukung Sumber Daya Manusia Kompeten, Unggul dan Produktif, pada Jumat (5/11/2021).
Dikatakan, Perguruan Tinggi pun memiliki andil dalam mendukung penguatan budaya literasi. Karena SDM yang kompeten, unggul, dan produktif, dapat diciptakan jika perpustakaan dapat merangkul seluruh potensi. Dengan segala penelitian dan ilmu pengetahuan yang ada untuk disampaikan kepada masyarakat dan menjadi bekal untuk meningkatkan kualitas diri.
"Perpustakaan memiliki peran yang erat di Perguruan Tinggi. Maka diharapkan dapat berinovasi dan berkontribusi, khususnya dengan mendokumentasikan berbagai pengetahuan dalam bentuk buku untuk masyarakat Indonesia," lanjut dia.
Dalam webinar tersebut, Duta Baca Indonesia, Gol A Gong menyampaikan, penguatan literasi dapat dimulai dari hal yang terdekat seperti di lingkungan keluarga. Misalnya, tersedianya perpustakaan di rumah atau mendongeng sebelum tidur.
"Saya memiliki konsep empat pilar menuju bonus demografi. Harus memperbaiki diantaranya, literasi keluarga, kita harus bergabung di komunitas, penguasaan teknologi informasi dan Komunikasi (TIK), dan networking atau jejaring. Tanpa itu, kita hanya menjadi penonton di bonus demografi Indonesia di tahun 2030," ungkapnya.
Menghadapi bonus demografi di tahun 2030, Indonesia memiliki SDM produktif yang melimpah. Tingkat pendidikan yang masih rendah, serta pendidikan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja di Indonesia menjadi tantangan Bonus demografi. Untuk membentuk SDM unggul diperlukan enam literasi dasar, seperti literasi baca tulis, finansial, IT, numerasi, sains dan budaya, serta kekeluargaan.
Sementara itu, Miss Indonesia 2015, Maria Harfanti mengatakan, derasnya arus teknologi informasi harus disikapi dengan bijak, dan diperlukan literasi digital.
"Kemudahan dalam mengakses dan teknologi perlu kita filter untuk memproteksi dari hal-hal yang tidak diinginkan," ungkapnya.
Â
Reportase: Wara Merdeka