Medan Merdeka Selatan, Jakarta -- Sampai saat ini, kanker masih menjadi momok bagi masyarakat. Penyakit tersebut merupakan salah satu penyakit yang cukup sulit untuk disembuhkan dan telah banyak menyebabkan kematian. Namun, jika terdeteksi sejak dini, maka akan lebih cepat diobati dan dapat disembuhkan. Selain itu, penyakit ini dapat pula dicegah jika masyarakat paham mengenai seluk beluk kanker. Demikian disampaikan oleh Andhika Rachman saat menjadi moderator pada acara Sosialisasi Situs Web di Teater Soekarman Perpustakaan Nasional, Rabu, (18/9).
Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Perpusnas Expo yang digelar dalam rangka Hari Kunjung Perpustakaan yang jatuh pada 14 September. Salah satu situs yang disosialisasikan pada acara Sosialisasi Situs Web adalah situs web Literasi Kanker Indonesia.
Situs web Literasi Kanker Indonesia merupakan hasil kerja sama Perpusnas dengan Komisi Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) dan Cancer Information & Support Center (CISC). Pembuatan situs ini bertujuan untuk menyediakan informasi yang akurat seputar penyakit kanker agar masyarakat tidak terjebak dengan informasi yang bersumber dari ‘katanya...’. Situs web Literasi Kanker Indonesia dapat dikunjungi di http://literasikanker.perpusnas.go.id/.
Ketua Umum CISC Aryanthi Baramuli Putri mengungkapkan bahwa organisasinya selain memberi informasi, juga memberi dukungan. Oleh karena itu, CISC berinisiatif untuk menggandeng Perpusnas dalam menyebarkan informasi yang tepat dan bermanfaat tentang kanker. "Kebutuhan dari masyarakat, terutama pasien kanker adalah informasi. Kami melihat Perpusnas adalah pusat informasi dalam skala nasional. Sementara, di Indonesia belum ada satu wadah informasi tentang kanker. Ada banyak informasi tentang kanker, tapi berceceran," jelas Aryanthi.
Turut hadir sebagai narasumber, survivor kanker Shahnaz Haque. Shahnaz menceritakan pengalamannya saat ia dan beberapa anggota keluarganya menghadapi penyakit tersebut. "Kanker adalah cerita sambil duduk, makan, sambil minum teh. Karena itu adalah cerita yang dekat dengan keluarga saya," ujar Shahnaz. Ia berpendapat bahwa penyakit tersebut tidak boleh disikapi dengan perasaan sedih dan menjadi depresi, justru harus dilawan dengan menjadi happy berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, selain dengan ikhtiar berobat.
Â
Reportase : Aninda Ernest/Eka Cahyani
Fotografer : Raden Radityo
Â