Sentul, Jawa Barat—Civitas academica diminta untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui literasi. Literasi bisa mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kondisi sosialnya. Dengan begitu, SDM unggul bisa terwujud.
Dalam kuliah umum Universitas Pertahanan, Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando menyatakan ada empat tahapan literasi. Pertama, kemampuan mengumpulkan sumber-sumber bahan bacaan. Kedua, kemampuan memahami apa yang tersirat dari yang tersurat. Ketiga, kemampuan untuk mengemukakan ide atau gagasan teori, kreativitas, atau inovasi baru. Keempat, kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu yang bisa dipakai kompetisi global.
Karenanya, sudah selayaknya lulusan perguruan tinggi dengan gelar akademik mengimplementasikan ilmu yang dimiliki untuk menciptakan barang atau jasa yang memiliki daya saing. “Tidak ada produk yang bisa dihasilkan tanpa orang-orang yang tidak membaca di belakangnya,†jelasnya di Kampus Bela Negara, Unhan, Sentul, Jawa Barat, pada Kamis (28/1/2021).
Pada kesempatan tersebut, Syarif Bando menantang perguruan tinggi turut berkontribusi dalam membangun masyarakat berliterasi. Saat ini, ujar Syarif, Indonesia berada dalam kondisi kekurangan buku. Idealnya menurut standar Unesco (Organisasi PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan), setiap tahun minimal tiga buku baru terbit untuk setiap orang. Berdasarkan pengalamannya, Syarif Bando menilai banyak daerah, khususnya di desa, yang kekurangan buku ilmu terapan.
"Di Indonesia kita hanya bisa menyajikan kurang lebih 30-40 juta buku setiap tahun, padahal penduduk kita kurang lebih 270 juta. Ini tantangannya. Maka tantangan kedua adalah bagaimana sebanyak mungkin untuk menghasilkan buku, yang tentu saja tidak hanya untuk mengejar gelar-gelar akademis, tapi bagaimana melayani masyarakat Indonesia yang kekurangan buku," urainya.
Perpusnas melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial mengedukasi masyarakat dengan pemberdayaan perpustakaan. Perpustakaan menjadi ruang terbuka untuk masyarakat meningkatkan kualitas hidupnya. Di perpustakaan, masyarakat diajak membaca buku, didampingi oleh pustakawan dan tenaga profesional untuk memiliki keahlian tertentu, dan mengimplementasikannya. Syarif Bando mencontohkan perpustakaan berhasil mengubah hidup pengangguran, mantan narapidana, hingga pengemis hingga memiliki usaha sendiri.
"Pada saat ini literasi tidak lagi berbicara mengenai kemampuan mengenal huruf, kemampuan mengenal kata, kemampuan mengenal kalimat, kemampuan menyatakan pendapat," jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Syarif Bando memberikan sertifikat akreditasi perpustakaan kepada Rektor Unhan Laksamana Madya TNIÂ Amarulla Octavian. Berdasarkan evaluasi dari Lembaga Akreditasi Perpustakaan, Perpustakaan Unhan mendapatkan akreditasi A. Perpustakaan Unhan memenuhi standar nasional dalam enam bidang yakni koleksi, sarana dan prasarana, pelayanan perpustakaan, tenaga perpustakaan, penyelenggaraan perpustakaan, dan pengelolaan perpustakaan. Octavian mengungkapkan, akreditasi nasional tersebut mendorong Unhan untuk semakin fokus mencapai visi sebagai world class university, termasuk pemenuhan standar internasional untuk perpustakaan khusus.
Reporter: Hanna Meinita
Fotografer: Arwan Subakti