Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Sumatera Utara dikenal sebagai daerah multi etnik dengan banyak kerajaan dan pastinya memiliki sejarah sendiri. Akan tetapi, sejarah yang seharusnya menjadi kebanggaan belum menjadi bahan bacaan favorit di kalangan masyarakat Indonesia, melainkan bangsa luar. Dengan tujuan kunjungan untuk berkonsultasi dan melaporkan perkembangan progam studi ilmu perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU), Selasa (9/6), Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Budi Agustono, mengungkapkan keinginan USU untuk bisa menjalin kerjasama dengan Perpustakaan Nasional guna meningkatkan literasi masyarakat Sumatera Utara.
"Akreditasi A sudah didapatkan oleh prodi ilmu perpustakaan USU dan kedepannya kami sangat berharap dapat berperan aktif dalam perkembangan perpustakaan di Sumatera Utara," jelas Budi. "Akan tetapi akreditasi tersebut tidak dapat berfungsi secara maksimal tanpa adanya kerjasama yang dibangun dengan Perpustakaan Nasional," lanjut Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU itu.
Harapan Budi, dengan dibangunnya kerjasama dengan Perpustakaan Nasional dapat meningkatkan literasi masyarakat Sumatera Utara. Misalnya mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, seperti event duta baca atau cara membuat tulisan. Karena menurutnya, literasi tidak sebatas membaca tapi juga menulis. Selain itu, Budi juga berharap agar program studi ilmu perpustakaan dapat lebih berkembang lagi kedepannya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando merasa diuntungkan dengan adanya program studi ilmu perpustakaan di USU karena dapat mencetak pustakawan muda berkualitas di masa mendatang. Namun, hal itu harus didukung dengan bagaimana cara merubah paradigma mahasiswa terhadap masyarakat. Karena sejarah tidak hanya tentang melihat catatan perjalanan, tetapi juga tentang bagaimana nantinya para mahasiswa ini mengubah dunia dan melalui perpustakaan lah paradigma tersebut diciptakan.
"Perlu diketahui bahwa tingkatan literasi ada empat, yakni ketersediaan akses dan bahan bacaan, memahami yang tersirat dari yang tersurat dari bahan bacaan, menciptakan ide dan gagasan, serta mampu memproduksi barang dan jasa berkualitas untuk bersaing di dunia global. Jadi literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan itu lah yang harus ditanamkan kepada masyarakat," ungkap Syarif Bando.
Lebih lanjut, Kepala Perpustakaan Nasional, menegaskan bahwa selama masa pandemi Covid-19 dimana seluruh masyarakat diminta untuk beraktifitas secara mandiri dan melalui gawai pribadi, Perpustakaan Nasional terus melakukan upaya terbaiknya untuk mengelompokkan sumber bahan bacaan sesuai dengan subjeknya agar lebih memudahkan pemustaka yang sedang mencari referensi melalui perpustakaan digital milik Perpustakaan Nasional, terlebih kepada mahasiswa. "Kami berharap setelah pertemuan ini, seluruh mahasiswa USU dapat direkomendasikan untuk menjadi anggota Perpustakaan Nasional. Karena kami terus berproses untuk memudahkan pemustaka dalam mencari bahan referensi," tutupnya.
Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Hartoyo Darmawan
Â