Bangun Mindset Pembelajar di Keluarga

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional menyelenggarakan seminar melalui Zoom bertema Membangun Keluarga Literate yang menghadirkan narasumber psikolog, penulis, dan ahli bibliotherapy pada Kamis (10/12).

Dalam sambutannya, Kepala Perpustakaan Nasional, M. Syarif Bando mengatakan “Rasanya hari ini literasi tidak hanya sebatas kemampuan mengenal huruf, kemampuan mengenal kata, kemampuan mengenal kalimat, kemampuan mengenal hubungan sebab-akibat, dan kemampuan menyatakan pendapat tapi literasi lebih pada bagaimana seseorang atau komunitas bisa terkoneksi dengan sumber-sumber ilmu pengetahuan terpercaya, terlengkap, terkini,” tegas Syarif Bando.

Lebih lanjut, Syarif menekankan bahwa penting bagi orang tua untuk membangun mindset pembelajar bahwa setiap orang harus mengetahui dunia luar dan orang tua harus mengedukasi anak di rumah untuk bisa menatap dunia secara luas.

Salah satu cara untuk mengenalkan anak dengan dunia luar adalah dengan mendongeng, seperti yang dijelaskan oleh Febi Dasa Anggraini, seorang penulis,  di mana ia rutin mendongeng untuk anak-anaknya sejak bayi karena pengalamannya sendiri sewaktu kecil dan berdasarkan artikel yang telah ia baca mengenai pentingnya membacakan atau mengenalkan buku pada anak sedini mungkin. Berdasarkan pengalamannya, mendongeng membuat anak-anaknya lebih fokus dan disiplin.

Ia mengajak para orang tua untuk terus bersama dengan anak meningkatkan literasi di rumah dengan mengkondisikan ada bahan bacaan untuk anak dan orang tua juga melakukannya. “Jadi, jangan meminta anak membaca buku atau menulis tapi orang tuanya tidak melakukan itu,” pesan Febi.

“Tidak ada kata terlambat seandainya misalkan di sana, di luar sana masih ada orang tua yang belum berkesempatan untuk mengenalkan buku pada anak-anaknya, jadi tetap semangat untuk terus membiasakan anak-anak membaca, kemudian mengajak anak-anak untuk menulis, insya Allah setiap hari apalagi dilakukan dengan senang sampai mereka akhirnya akan mencintai membaca buku dan juga menulis,” urainya.   

Sementara itu, psikolog Sinta Yudisia memberikan saran kepada pemerintah agar terdapat keseimbangan minat baca anak terhadap komik dan buku pelajaran. Ia memberi contoh di negara Cina dan Jepang yang membuat berbagai macam versi buku sejarah, salah satunya versi komik agar lebih disukai anak.   

“Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia itu adalah makhluk auditori dan visual, apalagi anak pasti mereka akan lebih suka baca komik daripada baca-baca teks yang panjang-panjang, maka kemudian kita sebagai pihak yang punya otoritas untuk menciptakan sesuatu bagi generasi ini, salah satu yang mungkin harus kita sediakan adalah komik,” sarannya.

“Sebetulnya anak-anak itu suka membaca, tinggal kita itu menyiapkan bahan bacaannya atau tidak, karena anak-anak sampai usia remaja, mereka masih harus dibantu ya fasilitasnya, harus kita sediakan,” lanjutnya.

Mendidik anak bukanlah perkara mudah, bukan pula pula pekerjaan instan, dan benar-benar melalui proses, karenanya dibutuhkan kesabaran. Menurut ahli bibliotherapy, Nanik Susanti, komunikasi dan interaksi dengan anak dibangun dari apa yang disukai oleh anak-anak dan hal tersebut harus dimulai dari orang tua karena agak sulit jika orang tua yang meminta anak-anak untuk memulai.

 

Reporter              : Eka Cahyani

Fotografer            : R. Radityo

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung