Perpustakaan, Kunci Kampus Kelas Dunia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta—Perguruan tinggi didesak agar mengubah cara pandang dan kondisi fisik perpustakaan agar menjadi berkelas dunia. Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando menyatakan kata kunci dari perguruan tinggi kelas dunia adalah perpustakaan. Dia menambahkan, kualitas universitas Harvard, Stanford, dan beberapa kampus berkelas dunia lainnya dihasilkan oleh mahasiswa yang gemar membaca.

Hal ini disampaikan Syarif Bando dalam webinar dengan tema “Transformasi Pustakawan dan Perpustakaan di Masa Kenormalan Baru” dalam rangka Dies Natalis Universitas Bahaudin Mudhary (Uniba) Madura yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (1/12/2020).

“Untuk menjadikan Uniba universitas world class, harus kita dukung penuh dan saya yakin parameternya kita semua harus berubah. Perpustakaannya harus modern, mahasiswanya harus percaya bahwa membaca adalah transfer knowledge yang terbaik,” jelasnya.

Dia menekankan perguruan tinggi harus terbuka untuk masyarakat dalam memahami dan mendapatkan pengetahuan sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. Perguruan tinggi didorong agar mencetak lulusan yang bisa menghasilkan barang bermutu dan bisa dipakai dalam kompetisi global. Ini sesuai tingkatan literasi keempat yang dirumuskan Perpusnas, di mana literasi adalah kemampuan dalam menghasilkan barang dan jasa berkualitas global.

“Rumusan ini kami ambil karena arahan bapak Presiden di dalam sidang kabinet bahwa penting kita menetapkan dalam RPJMN tentang peningkatan kualitas SDM karena Indonesia bermasalah pada neraca perdagangan yaitu impor selalu lebih besar daripada ekspor. Karena kemampuan produksi dalam negeri sangat terbatas. Padahal bahan baku kita melimpah,” ungkapnya.

Ketua Yayasan Kudsiyah Bahaudin Mudhary Ahsanul Qosasi menyatakan perpustakaan adalah sarana untuk belajar. Karena dasarnya, kebutuhan hakiki manusia adalah terus belajar. Perpustakaan sebagai jantungnya dunia pendidikan merupakan kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan. Sehingga perpustakaan harus menjadi tempat yang nyaman dan menarik.

“Hal-hal seperti ini, jangan dianggap remeh perpustakaan kita. Karenanya perpustakaan kita harus dibenahi, dikelola dengan baik sehingga orang datang membaca sekaligus berekreasi. Masyarakat Madura minat bacanya tergolong rendah, nah kita siapkan tempat yang enak, buku yang bagus, untuk dia membaca dan mengasah kemampuan dirinya untuk memperbaiki dirinya,” urainya.

Anggota III Badan Pemeriksa Keuangan RI ini menekankan, secara fisik, perpustakaan tidak boleh berdebu dan terlalu rapi. Karena perpustakaan yang demikian artinya tidak berhasil menjalankan peran dan fungsi untuk mencerdaskan bangsa. “Jadi pengelolaan perpustakaan harus menarik dan senyaman mungkin,” pungkasnya.

Reporter: Hanna Meinita

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung