Webinar Pembudayaan Kegemaran Membaca : Pustakawan Harus Cakap Teknologi dan Literasi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta-Menumbuhkan pembudayaan kegemaran membaca merupakan bagian dari Undang-Undang Nomor 43 Tentang Perpustakaan. di tengah pusaran globalisasi tantangan membaca semakin terjal. Di era industri 4.0 yang dibarengi wabah Covid-19, adaptasi penggunaan teknologi mau tidak mau mengalami percepatan. Pun, dalam perilaku kegemaran membaca. Sayangnya, penyediaan infrastruktur sebagai syarat aksesibilitas teknologi belum merata sehingga ini masih menjadi kendala.

“Akan sulit menyiapkan digitalisasi koleksi jika support akses teknologi belum merata, terutama di daerah 3T. Maraknya, disinformasi juga makin menambah persoalan penumbuhan iklim literasi,” ujar anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan dalam Webinar Pembudayakan Kegemaran Membaca, Selasa (6/10).

Maka dari itu, Komisi X DPR RI mendukung Perpustakaan Nasional untuk terus merevitalisasi perpustakaan di daerah, terutama daerah 3T dengan penyediaan akses internet dan pembentukan kualitas sumber daya pengelola perpustakaan yang unggul. Putra menyarankan agar Perpusnas melakukan kolaborasi dengan kementerian/lembaga terkait untuk memudahkan aksesibilitas pengetahuan masyarakat.

Harus diakui tingkat literasi Indonesia berada dalam kondisi yang belum ideal. Artinya ada tanggung jawab moral bahwa gerakan kegemaran membaca harus lebih bersemangat. Sebagian besar masyarakat yang rendah untuk mau membaca, apalagi budaya untuk meriset sesuatu. Akibatnya, banyak yang terpapar hoaks dengan mudah.

“Budaya cek dan ricek perlu didorong. Mulailah dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Ketika menerima informasi dari grup wassap, misalnya, jangan buru-buru untuk melakukan share,” tambah Putra.

Di satu sisi, para pustakawan juga dituntut harus cakap teknologi dan literasi. Mampu mengemas ulang pengetahuan agar lebih informatif, meluaskan manfaat dari layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Buatlah konten digital yang menarik generasi milenial.

“Generasi muda adalah generasi yang adaptif dengan perubahan, apalagi di masa pandemi saat ini. Mereka lebih mudah mencerna apa yang dilihat dari media sosial. Beragam tutorial cepat diserap mereka. Ini penting dipahami bagi pustakawan,” ujarnya.

Setelah vaksin Covid-19 ditemukan, Putra meyakini pola mencari informasi tidak lagi sama. Akan ada gaya baru dalam mencari informasi ataupun pengetahuan. Cara yang lebih inspiratif. Dan pustakawan harus siap dengan kondisi tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta Wahyu Haryadi mengatakan di DKI Jakarta saat ini upaya meningkatkan budaya baca dan literasi juga tengah dilakukan sebagai bagian dari perwujudan Jakarta Smart City. Smart City membutuhkan dukungan kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan smart people.

“Kolaborasi peningkatan kegemaran membaca menjadi kegiatan strategis yang harus dilaksanakan,” jelas Wahyu.

Wahyu menyebutkan bentuk kolaborasi yang dilakukan, yakni melakukan survei kegemaran membaca lewat #BacaJakarta, serta berbagai workshop yang dilakukan di perpustakaan.

Pada kesempatan yang sama, Duta Buku Provinsi DKI Jakarta Satria Bahar menambahkan membaca buku menjadi penawar akan banyaknya informasi hoaks yang dapatkan dengan mudah di era teknologi ini.

“Membaca buku selain merupakan bentuk dari sadar literasi juga dapat membantu membentuk dan menggambarkan siapa diri kita untuk lebih bijak menggunakan sosial media,” tutup Satria.

 

Reportase: Eka Purniawati, Hartoyo Darmawan, Rizky A Gumilar

Fotografer : Rd Radityo

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung