Pancoran, Jakarta -Â Peradaban adalah kemajuan kecerdasan dan kebudayaan. Peradaban saat ini dipenuhi dengan kecanggihan teknologi informasi. Gadget sebagai hasil teknologi sanggup menjadikan perpustakaan dan arsip lebih mudah diakses.
Selain teknologi, kemajuan peradaban bangsa juga didukung faktor lain yang mendasar, yakni kegemaran membaca, kecakapan literasi, dan pengelolaan arsip yang baik yang menjanjikan pelayanan prima.
"Jangan lagi bicara arsip lebih penting atau perpustakaan lebih baik. Keduanya harus bersinergi," ungkap Plt. Arsip Nasional M Taufik pada Rakornas Perpustakaan Nasional 2020 di Jakarta, Kamis, (27/2). Jika diibaratkan pesawat terbang, perpustakaan dan arsip adalah sayap yang menerbangkan. Keduanya punya posisi yang vital.
Lebih jauh, Kepala Perpusnas menekankan tentang pentingnya literasi. Secara umum literasi dibagi empat tingkatan. Yang pertama, kemampuan mengumpulkan sumber bahan bacaan yang cukup. Bahkan, UNESCO mensyaratkan minimal setiap orang memiliki tiga buku baru dalam setahun. Kedua, yakni kemampuan memahami secara tersurat maupun tersirat. Ketiga, literasi dimaknai sebagai kemampuan menghasilkan ide/gagasan, teori, kreativitas, dan inovasi baru. Dan yang terakhir, literasi adalah kemampuan menciptakan barang atau jasa yang bermutu.
Jadi, salah bukti literasi Indonesia rendah adalah ketika bahan baku dari hasil bumi diekspor, kemudian diolah lalu diimpor kembali dan dijual dengan harga tinggi. "Kalau hanya memiliki kemampuan teori tanpa tindak lanjut, sama saja omong kosong," tegas Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando.
Maka, teori sepanjang apapun tidak akan bermanfaat jika tidak diaplikasikan, mengubahnya dalam bentuk barang atau jasa. "Artinya, jika manusia berhenti belajar sama dengan memulai kematian," kata Syarif Bando.
Reporter : Hartoyo Darmawan