Kemayoran, Jakarta - Gotong royong memiliki peran penting dalam memperkuat budaya baca dan keterampilan literasi di tengah masyarakat.
Demikian disampaikan Ketua Umum Perkumpulan Literasi Indonesia Wien Muldian dalam Diskusi Kelompok Terpumpun Sesi Pembahasan Isu Penguatan Budaya Baca dan Literasi pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bidang Perpustakaan Tahun 2024, Rabu (15/5/2024).
"Gotong royong merupakan bagian dari budaya Indonesia yang sangat relevan untuk diterapkan dalam upaya penguatan literasi," ungkapnya.
Dia mengatakan membangun literasi tidak hanya bertumpu pada fasilitas perpustakaan desa, kabupaten, kota, atau taman bacaan masyarakat (TBM), tetapi juga harus dimulai dari keluarga.
“Kita tidak hanya bicara tentang membangun literasi dari pinggiran, tapi juga dari halaman rumah kita sendiri. Peran keluarga dalam membangun budaya baca sangat krusial, misalnya tiap keluarga terlibat aktif dalam kegiatan literasi seperti membaca Bersama dan mengevaluasi bacaan anak-anak," katanya.
Pendiri perpustakaan Baca Di Tebet ini mengungkapkan pandemi Covid-19 berdampak terhadap cara belajar dan pentingnya memanfaatkan teknologi yang berkembang selama pandemi. Menurutnya, perpustakaan perlu adaptif dengan perkembangan teknologi dan memanfaatkan platform online untuk pembelajaran literasi.
"Jangan sampai teknologi yang dulu membantu kita selama pandemi kini tidak digunakan lagi," ungkapnya.
Wien juga menekankan pentingnya keberagaman konten lokal dalam mengembangkan literasi. "Keberagaman kita adalah energi kreatif yang bisa dikembangkan berbasis daerah masing-masing," ujarnya.
Ia menceritakan pengalaman mengelola perpustakaan Baca Di Tebet, dimana pengunjung yang datang dapat membaca sambil melakukan berbagai aktivitas lain. Namun, ia mengingatkan bahwa model ini mungkin tidak cocok untuk semua daerah.
"Kita harus menyesuaikan layanan yang kita kembangkan berbasis kebutuhan masyarakat di tingkat lokal. Tidak bisa memaksa tren di kota besar ini dibawa langsung ke perpustakaan," jelasnya.
Menurutnya, sinergi antara koleksi cetak dan digital sangat penting. Banyak bacaan digital berkualitas yang tersedia dan harus dimanfaatkan bersama-sama dengan koleksi cetak. Dia pun menegaskan aktivitas literasi harus berkelanjutan dan memiliki dampak nyata.
"Jangan hanya membuat peristiwa literasi, tetapi pikirkan tindak lanjutnya dan dampaknya bagi masyarakat," tegasnya.
Pada kesempatan itu, Wien menekankan bahwa membaca bukan sekadar keterampilan literasi, tetapi bagian dari keterampilan berbahasa yang melibatkan mendengar, berbicara, dan menulis.
Literasi bukan hanya tentang membaca buku cetak, tetapi juga memahami berbagai jenis bacaan dan media, termasuk video dan pesan di WhatsApp.
"Daya baca kita memperkuat budaya baca dan akhirnya meningkatkan daya literasi kita," pungkasnya.
Reporter: Wara Merdeka
Dokumentasi: Ahmad Kemal