Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Pengetahuan tentang gizi sangat penting dimiliki karena asupan gizi yang baik sejak dini menjadi salah satu faktor penunjang kesehatan anak. Pengaturan asupan gizi dan pola makan menjadi kunci dalam meningkatkan kecerdasan dan daya tahan tubuh anak-anak kita.
Demikian disampaikan Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Ofy Sofiana, pada kegiatan Talkshow Membangun Literasi Sejak Dini dengan tema Pentingnya Gizi untuk Kini dan Nanti, yang digelar secara hibrida, Sabtu (17/6/2023).
Menurutnya, anak-anak yang mendapatkan asupan gizi yang baik memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, fokus yang lebih baik dalam belajar, dan meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah tertular penyakit. Selain itu, gizi yang baik juga berdampak jangka panjang pada kesehatan kita di masa depan.
“Peran orang tua dalam pemilihan makanan sehat sangat menentukan tumbuh kembang anak. Mengajak anak-anak untuk berpartisipasi dalam pemilihan dan pengolahan makanan juga menjadi salah satu cara pengenalan literasi gizi sejak dini. Harapannya dengan melibatkan mereka dalam proses ini, dapat terbangun keterbukaan dan rasa peduli serta ketertarikan mencoba makanan yang dipilih dan diolah sendiri,” katanya.
Cara tersebut ternyata dipraktikan oleh seorang Pustakawan Perpusnas, Ardita Dwi Anggraeni. Dalam kesehariannya sebagai ibu yang bekerja, Ardita selalu melakukan meal preparation dengan bantuan dua putrinya. Dia mendiskusikan menu makanan yang kedua anaknya inginkan dalam satu pekan berjalan. Hal ini selain mempermudah Ardita untuk memasak, tetapi juga meminimalisir anak-anaknya untuk mengonsumsi makanan produk kemasan.
“Karena saya bekerja dari Senin sampai Jumat, biasanya saya belanja bahan makanan untuk seminggu di hari Sabtu atau Minggu. Saya mengajak anak-anak berdiskusi atas menu makanan yang mereka mau dalam satu minggu. Hal itu memudahkan saya untuk masak makanan mereka dari pagi sampai siang, bahkan snacknya juga. Karena saya meminimalisir makanan produk kemasan, jadi saya selalu usahakan untuk memasak sendiri semuanya,” kisahnya.
Upaya tersebut dibenarkan oleh Psikolog, Elisa Kurniadewi sebagai salah satu cara yang dapat dibangun untuk memotivasi anak mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Dengan membangun proses bermusyawarah dalam keluarga, rasa senang juga dapat tercipta.
“Misalnya untuk menu yang akan dimakan anak. Orang tua dapat membangun proses bermusyawarah dengan mereka, sehingga anak akan merasa dihargai dan dalam keluarga juga akan tercipta rasa senang,” terangnya.
Selaku Dosen PAUD, Adiyati Fathu Roshonah menjelaskan bahwa program pengenalan makan sehat sudah dilakukan di PAUD, TK, maupun SD, namun untuk praktiknya di rumah, orang tua diharap mampu melakukan stimulasi-stimulasi yang dibutuhkan. Untuk itu, Adiyati menegaskan orang tua dan para guru di sekolah harus bersinergi dalam membentuk anak yang cerdas. Karena berbicara tentang anak cerdas, ada nutrisi dan pola hidup sehat yang harus dipenuhi.
“Kalau ingin anaknya pintar sudah pasti nutrisinya harus kita amankan yaitu melalui protein untuk makanan otaknya. Lalu, supaya anak berkembang dan sehat, mereka harus bergerak, beraktivitas, atau latihan fisik karena memang motorik kasar dan halusnya sedang dalam masa perkembangan,” ungkapnya.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Inayah menyatakan tidak ada yang salah dari konsep empat sehat lima sempurna, melainkan konsep pola gizi seimbang menyempurnakannya. Selama ini yang dijelaskan hanya jenisnya saja, namun perlu juga edukasi mengenai jumlah yang tepat dan apa yang harus dibatasi.
“Ada prinsip namanya isi piringku, jadi satu piring dibagi dua, setengahnya isi makanan pokok dan lauk, lalu setengahnya lagi sayur dan buah. Adapun komponen yang harus dibatasi ialah gula, garam, dan minyak karena sebenarnya ketiganya banyak tersembunyi di makanan kemasan. Dengan demikian, dalam satu piring itu harus ada empat komponen tadi, tidak perlu banyak dulu yang penting diperkenalkan sejak dini dan harus berbentuk real food,” jelasnya.
Sebagai Pendongeng, Sogi Indra Dhuaja mengajak orang tua untuk tidak ragu atau malu untuk menceritakan permasalahan kesehatan yang dimiliki kepada anak-anaknya. Hal ini dapat dilakukan berbarengan dengan membacakan buku cerita yang berkaitan dengan gizi yang terkandung dalam sayuran dan buah, harapannya pesan dari cerita tersebut dapat lebih mudah dimengerti hingga kemudian diterapkan oleh anak.
“Cerita tentang permasalahan kesehatan juga jangan malu untuk diceritakan ke anak-anak kita karena itu bisa menjadi pelajaran bagi mereka bahwa sakit yang kita derita adalah contoh yang buruk dan agar tidak terjadi kepada mereka,” pesannya.
Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas, Agus Sutoyo menginfokan bahwa koleksi yang ada pada layanan anak di lantai 7 Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas berjumlah lebih dari 7.500 eksemplar dan seluruhnya berkaitan dengan anak mulai dari usia 0-5 tahun serta 5-15 tahun.
“Setiap Sabtu dan Minggu, lantai 7 selalu ramai dikunjungi karena tidak hanya membaca, di sana anak-anak juga bisa bermain. Terkait bahan bacaan yang berkaitan dengan gizi anak, dapat orang tua dapatkan di lantai 12, 21, dan 22,” ucapnya.
Selain talkshow, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan pelaksanaan lomba mewarnai dan lomba menggambar yang mendapat antusiame tinggi dari anak-anak yang hadir.
Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Ahmad Kemal Nasution