Fundamental, Budaya Literasi Bentuk Masyarakat Inovatif, Kreatif, dan Berkarakter

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Pemerintah terus berupaya membangun kegemaran membaca dan budaya literasi masyarakat. Budaya literasi menjadi hal yang fundamental, melalui literasi akan terwujud masyarakat berpengetahuan yang inovatif, kreatif dan berkarakter. Literasi perlu terus didorong, agar hidup masyarakat menjadi berkualitas dan sejahtera.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Adin Bondar pada kegiatan Webinar Duta Baca Indonesia: Perayaan Hari Buku Sedunia dan Peluncuran Buku Antologi Cerpen 30 Anak Indonesia secara daring, Jumat (22 April 2022).

“Peningkatan budaya literasi itu sendiri mencakup peningkatan kegemaran membaca di masyarakat, peningkatan perbukuan dan konten literasi, serta peningkatan akses layanan dan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial,” ucapnya.

Lebih lanjut, Adin mengatakan adapun tantangan terbesar dalam menumbuhkan kegemaran membaca adalah adanya disparitas ketersediaan buku dan tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia. Hal ini berdasar pada jumlah koleksi Karya Cetak Karya Rekam (KCKR) yang terhimpun masih kurang dibandingkan rasio kebutuhan pendudukan sesuai standard UNESCO 1 : 3 buku baru/tahun.

“Peluncuran Buku Antologi Cerpen 30 Anak Indonesia merupakan bukti nyata yang dilakukan oleh Perpusnas melalui Duta Baca Indonesia dalam rangka menambah ketersediaan buku dan membina penulis muda di tanah air,” jelas Adin.

Duta Baca Indonesia (DBI), Gol A Gong menegaskan bahwa dia berperan sebagai perpanjangan tangan dari Perpusnas untuk menjemput dan mendidik serta melatih generasi emas Indonesia agar kelak menjadi generasi literasi yang mendunia. Kehadirannya di tengah masyarakat diharap mampu menjadi pengungkit dan pendorong kebiasaan masyarakat Indonesia untuk berbudaya gemar membaca dan menulis.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada 30 anak-anak SMPku yang sudah mau berpartisipasi dalam penulisan buku ini. Jujur saya kaget karena rupanya tanpa disadari perjalanan Jawa-NTT kemarin mampu menemukan kompos yang patut untuk diberi kesempatan,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Media Pendidikan Cakrawala, Nusa Tenggara Timur (NTT), Gusty Rikarno menyebutkan bahwa NTT memiliki sebuah ikhtiar untuk menerbitkan 1.000 buku dan kehadiran DBI seolah memberi semangat dalam mewujudkannya. Gusty pun berpendapat minat baca masyarakat Indonesia tinggi, sehingga upaya dalam peningkatan budaya literasi merupakan tugas bersama dari semua lapisan.

“Di NTT ada sebuah ikhtiar untuk membuat 1.000 buku, untuk itu kehadiran DBI seolah membawa api dari langit pada hati para pegiat literasi. Perjalanan DBI ke banyak daerah ini harus menjadi program favorit dan harus diselenggarakan setiap tahunnya,” terangnya.

Senada, Guru Penggerak Nusa Tenggara Barat (NTB), Purna Aprianti, sepakat bahwa semangat yang dibawa oleh DBI layaknya obor yang menggelorakan semangat para pegiat literasi untuk senantiasa memperjuangkan budaya literasi di NTB.

“Yang dibawa DBI adalah obor dan pegiat literasi adalah bara api. Jadi semangat para pegiat literasi yang mungkin awalnya redup bisa kembali bergelora dengan kehadiran DBI,” pungkas Purna.

Purna menambahkan bahwa hasil tulisan dari ketiga puluh anak SMP tersebut luar biasa dan sangat layak untuk dibaca oleh orang dewasa. Karena menunjukkan bahwa anak-anak itu memiliki kepekaan yang besar terhadap lingkungan serta mampu membedakan yang benar dan salah dalam hidup mereka.

Reporter: Basma Sartika

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung