Inkubator Literasi Pustaka Jadikan Kearifan Lokal Penguat Literasi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta – Masyarakat didorong untuk mulai menulis konten lokal daerahnya. Hal ini dilakukan agar kearifan lokal dari suatu daerah dapat diketahui oleh khalayak ramai. Tema “Kearifan Lokal dan Memperkuat Literasi” diangkat pada penghujung gelaran Perpusnas Writers Festival 2021 yang diselenggarakan secara daring, Jumat (18/6/2021).

Salah satu agenda Perpusnas Writers Festival 2021 adalah Inkubator Literasi Pustaka Nasional. Disampaikan oleh Pemimpin Redaksi Perpusnas Press, Edi Wiyono bahwa Inkubator Literasi Pustaka Nasional yang digagas oleh Perpusnas Press merupakan salah satu upaya berkelanjutan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI untuk terus mendorong penguatan konten literasi utamanya yang bertemakan tentang nilai-nilai kearifan lokal.

Salah satu output dari kegiatan ini adalah lahirnya karya-karya yang dapat dibukukan dan diterbitkan oleh Perpusnas Press. Diharapkan ke depannya, penetrasi literasi yang sudah dilakukan dapat lebih dirasakan di daerah. Sebagai informasi, pada 2020, Inkubator Literasi Pustaka Nasional diselenggarakan dan menghasilkan buku antologi yang memuat karya dari 15 penulis terpilih.

Perwakilan dari Perhimpunan Inkubator Literasi, Muhammad Ivan mengungkap bahwa literasi dewasa ini masih dilihat sebagai isu tunggal atau isu parsial. Sedangkan, literasi bukan isu yang baru dan tidak pernah tuntas karena sifat kehidupan manusia selalu dinamis. Untuk itu, berbagai kompleksitas dan kontradiksi yang ada di dalamnya menuntut agar kegiatan komunitas literasi untuk terus dibarui.

Di sisi lain, menurutnya, literasi dinilai tidak berkaitan secara langsung dengan ekonomi. Sehingga kemudian menyebabkan banyak individu mengurungkan diri untuk mulai menulis. “Peran inkubator literasi pustaka di sini adalah untuk mengakomodir tradisi yang beredar di lapisan akar rumput,” ungkap Ivan.

Bima Endaryono, mengungkapkan bahwa literasi sangat penting dalam upaya mencerdaskan masyarakat. Pengalaman bekerja mendorongnya agar dia lebih berusaha untuk menyebar pengetahuan tentang perubahan iklim. Iklim di bumi saat ini sudah termasuk ke dalam kategori ekstrem. Setiap tahun suhu bumi naik setengah derajat sehingga menghasilkan iklim yang sangat panas. Bima kemudian berpendapat dibutuhkan penanaman penghijauan untuk mengantisipasi kenaikan suhu di bumi.

“Setelah berkeliling ke beberapa tempat, saya dan teman-teman mendapati bahwa pohon kurma yang mampu hidup dalam suhu 2-40 derajat adalah yang paling cocok untuk ditanam guna memperbaiki iklim di bumi,” ujar Bima  

Lebih lanjut, Pustakawan BMKG ini pun sepakat bahwa menulis bisa menyampaikan gagasan yang dimiliki individu agar diketahui oleh dunia.

Pustakawan Perpusnas, Ansyari Tantawi Nasution, berkisah dulu saat dia mengenyam pendidikan tingkat tinggi tugas akhirnya mengangkat tema manajemen bencana. Hal tersebut dia ambil karena menurutnya banyak pengetahuan tentang bencana yang belum diketahui akibat kurangnya bahan bacaan mengenai manajemen bencana.

“Sebenarnya manusia Indonesia sudah berteman dengan gempa, tapi sekarang ketika bencana itu terjadi mereka bingung harus apa. Ini menjadi salah satu tugas pustakawan untuk menggali kemampuan-kemampuan leluhur kita,” paparnya.

Selain itu, Tantawi juga menambahkan kegiatan Inkubator Literasi Pustaka Nasional bisa dijadikan sebagai salah satu wadah untuk menularkan atau menuangkan inspirasi yang dimiliki.

Pada kesempatan yang sama, Pustakawan Perpustakaan Bank Indonesia (BI) Cabang Jember, Marisa Latifa membeberkan beberapa upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan lokal konten mengenai wisata dan UMKM di Jember. Salah satunya dengan menggaet para penulis muda.  Adapun strateginya adalah dengan mempromosikan program tersebut, baik melalui media massa maupun media massa.

“Kami coba menyelaraskan tugas-tugas dari Bank Indonesia dengan lebih terperinci pada pengembangan potensi ekowisata akan produk-produk UMKM yang ada di wilayah kerja kami,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan Kota Tebing Tinggi, Khairil Anwar mengapresiasi kegiatan ini karena melihat tingginya potensi menulis di Tebing Tinggi. Dia optimis bahwa sebenarnya masih banyak generasi muda yang peduli dan ingin mengangkat kearifan lokal budaya untuk menjadi kekayaan di masa depan agar bisa diwarisi oleh generasi berikutnya.

Selanjutnya, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok, Siti Chaerijah Aurijah memaparkan potret Kota Depok dalam bingkai literasi berbicara tentang kearifan lokal yang mana dalam sebuah penelitian juga dikaitkan dengan literasi aspek sejarah, antropologi, budaya, dan geografi. Subyek-subyek tersebut akan menjadi sebuah tampilan menarik untuk dikaji, ditulis, dan diabadikan dalam sebuah dokumentasi yang kelak akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Selaku Pendiri Ruang Baca Komunitas, Sofian Munawar, juga menjabarkan bahwa dia telah mengupayakan seoptimal mungkin menargetkan kalangan muda seperti mahasiswa atau santri untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan inkubator literasi pustaka.

“Kami mencoba roadshow dengan mendatangi semua kampus. Mudah-mudahan melalui inkubator literasi pustaka bisa menjawab permasalahan kurangnya sumber bahan bacaan,” harap Sofian.

 

Reporter: Basma Sartika

Fotografer: Robby

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung