Mengenal Kejayaan Bangsa Melalui Babad Diponegoro dan Cerita Panji

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Naskah kuno dilestarikan tidak hanya melalui kegiatan konservasi, tapi dengan menyosialisasikan isi dari naskah tersebut kepada masyarakat umum. Diseminasi informasi mengenai kontribusi naskah kuno terhadap peradaban dan budaya bangsa harus disampaikan dalam kondisi kekinian sehingga pesannya dapat dicerna oleh generasi muda.

Karena mengetahui isi yang terkandung dalam naskah kuno membuat masyarakat mengenal sejarah perjalanan bangsa dan kejayaan di masa lalu. Hal ini disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando dalam Seminar Memory of the World (MoW) Babad Diponegoro dan Cerita Panji. Dua naskah kuno nusantara yang mendapatkan pengakuan Ingatan Dunia atau MoW dari UNESCO tersebut, ujar Syarif Bando, memiliki nilai yang bisa diambil maknanya dan bukan sekadar cerita nusantara di masa lampau.

“Yang paling penting bagaimana sosok Pangeran Diponegoro pada saat itu, tampil mengambil peran untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Dan Naskah Panji yang akan bercerita tentang seni wayang, seni pentas, seni topeng, seni pahat, seni tari berkembang mewarnai peradaban pada saat itu, sehingga akhirnya Mahapatih Gajah Mada menjadi sebuah legenda yang sangat menyita dalam perjalanan catatan sejarah bangsa-bangsa di dunia,” jelas Syarif Bando dalam sambutannya di Ruang Teater Perpustakaan Nasional, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta, pada Selasa (3/12/2019).

Syarif Bando menambahkan, seminar mengenai Babad Diponegoro dan cerita Panji menunjukkan peran perpustakaan menjadi jembatan ilmu pengetahuan masa lampau, kini, dan yang akan datang. Karena isi yang terkandung dalam naskah tersebut bukan hanya menjadi diskusi di kalangan akademisi, namun dikenalkan kepada masyarakat umum. “Kita harus bangkit untuk melakukan negosiasi, melakukan kerjasama, melakukan sinergitas dengan Belanda, sehingga apa yang terkandung di sana, bukan hanya diperuntukkan bagi ruang-ruang sivitas akademi tapi di seluruh masyarakat, bukan hanya masyarakat di Indonesia tapi juga masyarakat di Asia Tenggara, dan juga mungkin dunia,” urainya.

Direktur KITLV dari Leiden, Marrik W. Bellen, menyatakan rasa bahagianya atas kerjasama yang terbina baik dengan Perpustakaan Nasional. Perwakilan dari Universitas Leiden di Belanda ini menyatakan Perpustakaan Universitas Leiden memiliki koleksi mengenai Indonesia yang terbesar di dunia. Seminar merupakan komitmen Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Universitas Leiden dalam memfasilitasi warisan budaya bangsa Indonesia. Ke depannya, Marrik berharap, kedua instansi melakukan pertukaran naskah yang telah didigitalisasi demi melengkapi koleksi masing-masing sehingga dapat diakses di Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Universitas Leiden.

Pada kesempatan tersebut, dilakukan penyerahan pertukaran alih media digital koleksi Cerita Panji antara Kepala Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Universitas Leiden yang diwakili Direktur KITLV. Dari Perpustakaan Nasional sebanyak 66 judul dan dari Perpustakaan Universitas Leiden sebanyak 70 judul. Saat ini, Perpustakaan Nasional memiliki 91 naskah Cerita Panji. Naskah Cerita Panji yang telah didigitalisasi akan diterbitkan di situs web khastara.go.id.

Sebagai informasi, Perpustakaan Nasional mengajukan koleksi dua naskah kunonya sebagai nominator Ingatan Dunia (MoW). Selanjutnya, UNESCO menobatkan Babad Diponegoro pada 2013 dan Naskah Panji pada 2017 sebagai Ingatan Dunia (MoW). Program MoW merupakan inisiatif internasional untuk melindungi warisan dokumenter dari berbagai bahaya, seperti bahaya kerusakan akibat waktu dan kondisi iklim, kerusakan yang disengaja maupun tidak, bahkan yang sangat berbahaya adalah warisan dokumenter tersebut dilupakan oleh bangsanya sendiri.

Seminar Babad Diponegoro menghadirkan narasumber yang merupakan keturunan Pangeran Diponegoro, Ki Roni Sadewo dan sejarawan mengenai Indonesia, Pieter Carey. Sementara seminar Cerita Panji menghadirkan narasumber Henri Nurcahyo dan Agam Amintaha.

Reporter: Hanna Meinita/Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung