Pasar Minggu, Jakarta – Tidak seperti hari ini, dahulu, Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Namun masa lalu kemaritiman Indonesia tenggelam oleh pertikaian penjajah Belanda dan Inggris. Sehingga arsip yang tersimpan bukan tentang maritim, melainkan daratan.
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Imam Gunarto, mengatakan bahwa Bung Karno pernah mengingatkan untuk kembali menjadikan Indonesia sebagai bangsa maritim. Karena dengan menguasai samudera, Indonesia mampu menjadi satu negara yang kuat, sentosa, dan sejahtera.
Banyak cerita hebat tentang masa lalu Indonesia ketika masih memegang titel sebagai negara maritim, termasuk para pejuang wanitanya. Tapi Imam menyadari bukti kebenaran mengenai hal tersebut sulit untuk dicari, baik bukti arkeologis, bukti arsip, naskah maupun bukti akademis lainnya.
“Kita membutuhkan banyak inspirasi dari masa lalu tentang pejuang wanita yang sangat menentukan hari ini,” ujarnya saat memberikan sambutan pada acara Seminar Nasional bertema ‘Dharma Samudera Pejuang Wanita Negara Poros Maritim Dunia’ di Ruang Serbaguna Noerhadi Magetsari ANRI, Selasa (17/1/2023).
Terlepas dari para pahlawan wanita Indonesia, Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Muhammad Syarif Bando, menyampaikan saat ini ada banyak ‘pahlawan’ wanita di daerah pesisir Indonesia yang berjuang bertaruh nyawa untuk menjalani kehidupan.
“Ada jutaan pahlawan wanita di daerah pesisir yang bertaruh nyawa untuk sesuap nasi. Mereka bekerja dengan alat tangkap ikan yang masih sangat tradisional,” ucapnya.
Menurut Syarif Bando, langkah yang perlu diambil untuk membantu para ‘pahlawan’ wanita tersebut ialah mengubah mereka menjadi manusia unggul. Adapun caranya yakni memfasilitasi puluhan titik kampung bahari dengan penyediaan akses terhadap bahan bacaan dan buku-buku ilmu terapan yang relevan dengan wilayah tempat tinggal mereka.
“Tidak butuh waktu lama untuk Indonesia mampu melunasi hutang kalau poros maritim kita kuasai dan hal tersebut butuh manusia unggul,” ungkapnya.
Wakil Ketua MPR RI, Lestarie Moerdijat, yang turut hadir memberikan apresiasi kepada ANRI atas diadakannya acara seminar nasional ini. Menurutnya, acara ini sangat berperan untuk menyampaikan kepada publik bahwa Indonesia memiliki banyak pahlawan wanita luar biasa, sekaligus mengajak generasi muda untuk mengambil peran atas laut Indonesia.
“Tidak hanya dari perempuan saja tapi juga bagaimana Indonesia mampu mengambil peran. Bagaimana kita memperlakukan laut bukan hanya dari sisi ekonomi namun juga sebagai pagar teraman dari negara kita,” jelasnya.
Lestarie menekankan menguasai lautan sama dengan menguasai dunia dan mengembalikan Indonesia menjadi poros maritim menjadi keharusan dan urgensi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur SDM dan Umum Pelindo, Ihsanuddin Usman, mengungkapkan kebanggaannya karena dapat berkolaborasi dengan ANRI dalam mengadakan kegiatan ini. Dia menjelaskan sejak diberlakukannya merjer, Pelindo mendapatkan mandat untuk memperkuat daya saing dan menjadi penghubung Indonesia dengan negara-negara lain.
“Ini membuat hubungan yang terjalin antara Pelindo dan ANRI menjadi sangat signifikan, terutama ketika perlu menulusur arsip,” katanya.
Hal tersebut Usman sampaikan karena Pelindo tidak sekadar mengurusi kegiatan ekonomi, namun juga berperan penting sebagai agent of development.
Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Prakas Agrestian