Medan Merdeka Selatan, Jakarta–Persoalan pemberantasan narkoba sama seperti persoalan membaca. Berada dalam kondisi darurat. Butuh konsistensi dan keseriusan dari semua pihak agar tumbuh kesadaran sejak dini. Pemimpin juga harus beri contoh dan teladan. Dan peran perpustakaan juga tidak bisa dikesampingkan, karena seseorang yang terjerumus menjadi pecandu narkoba dikarenakan kurangnya pola pengasuhan orang tua dan pemahaman yang baik tentang bahaya akibat narkoba.
Himbauan tersebut disampaikan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Waseso dihadapan guru-guru dan 750 siswa SD saat menggelar kampanye anak Indonesia Gemar Membaca dan Anti Narkoba bersama Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando di Perpustakaan Nasional, Senin, (29/1/2018).
Generasi muda berada dalam ancaman kehancuran akibat narkoba. Semuanya diawali karena kekurangpahaman dan ketidaktahuan terhadap informasi bahaya narkoba. Dengan menjadikan perpustakaan sebagai pusat informasi, maka karakter bangsa bisa terbangun ditengah-tengah maraknya keributan, situasi masyarakat yang mudah tersulut dan sibuk mencari kambing hitam. Saat ini untuk menghancurkan suatu generasi bangsa tidak perlu dengan pamer senjata,.
“Tanpa perpustakaan kehidupan akan gelap. Dan generasi Indonesia saat ini dibuat seperti berada dalam masa kegelapan,” ujar Kepala BNN Budi Waseso. Sepanjang tahun 2017, BNN mencatat ada 46. 537 kasus narkoba yang terjadi di Indonesia. Dan milyaran rupiah terbuang sia-sia akibat penggunaan narkoba, lanjut Budi Waseso.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BNN juga meresmikan aplikasi Dialogue 101. Dialogue 101 adalah program milik BNN yang berisi pencegahan dan penanggulangan bahaya narkoba secara terintegrasi dan berkesinambungan dengan format aplikasi digital ke seluruh media sosial. Aplikasi Dialogue 101 berperan sebagai jembatan informasi kekinian agar generasi muda Indonesia mengetahui dan memahami sejak dini semua hal tentang narkoba.
Sementara itu di kesempatan yang sama, Kepala Perpusnas juga menyambut baik ajakan Budi Waseso untuk bersinergi dalam upaya pemberantasan narkoba dan penggalakkan minat baca di masyarakat. Indonesia bisa mencontoh bagaimana Tiongkok pernah mengalami Perang Candu di masa lalu, dan Thailand yang generasinya sempat hancur dengan narkoba. “Saya pastikan ke depan, Perpusnas dan BNN akan bersinergi mengkampanyekan pentingnya kegemaran membaca dan bahaya narkoba sejak dini,” kata Kepala Perpusnas.
Kesamaan niat tersebut dituangkan ke dalam bentuk penandatanganan kerjasama atau Memorandum of Understanding (MOU) antara Perpusnas dan BNN. Salah satu point penting dalam MOU kedua lembaga tersebut adalah kesediaan BNN memberikan koleksi bukunya yang berisikan bahaya dan pencegahan narkoba kepada Perpustakaan Nasional untuk kembali mendistribusikan buku-buku tersebut ke seluruh perpustakaan hingga ke pelosok, desa/kelurahan sehingga masyarakat bisa lebih cepat menyadari dan paham. “Sosialisasi ini penting untuk kelanjutan generasi Indonesia yang bebas dari narkoba,” ucap Kepala Perpusnas.
Reportase : Hartoyo Darmawan