Jakarta – Guna memudahkan pemustaka dalam mengakses layanan perpustakaan, beragam upaya pengembangan fitur aplikasi Inlislite dilakukan di daerah.
INLISLite (Integrated Library System Lite) versi 3 merupakan pengembangan lanjutan dari perangkat lunak (software) aplikasi otomasi perpustakaan INLISLite versi 2.1.2 yang dibangun dan dikembangkan secara resmi oleh Perpustakaan Nasional RI (Perpustakaan Nasional RI) sejak tahun 2011. Aplikasi ini dikembangkan sebagai perangkat lunak satu pintu bagi pengelola perpustakaan untuk menerapkan otomasi perpustakaan sekaligus mengelola perpustakaan digital, dan melayankan koleksi digital.
Kepala Pusat Data Informasi Perpusnas, Taufiq A. Gani, mengatakan bahwa pengembangan aplikasi INLISLite didasarkan pada referensi yang disampaikan oleh para pengguna perpustakaan dan berbagai standar yang diberikan oleh pemerintah.
“Pengembangan INLISLite untuk versi berikutnya, kami selalu memikirkan hal-hal terbaru yang disesuaikan dengan referensi atau keinginan daripada para pengguna dan standar-standar yang dilakukan pemerintah saat ini,†terangnya pada kegiatan Bimbingan Online (BimbO) yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis (11/11/2021).
Selain itu, Taufiq juga berharap dengan diadakannya kegiatan ini mampu memberikan ide-ide baru bagi para pengguna aplikasi INLISLite di daerah lain.
Kegiatan ini menghadirkan tiga narsumber yang merupakan pengguna sekaligus pengembang atau modifikator dari aplikasi INLISLite di daerah. Ketiga narasumber tesebut yakni Ika Rudiyanto dari Perpustakaan Universitas Airlangga, Zulfa Kurniawan dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY dan Ramadian Tuntas Laksana dari Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Banyuwangi.
Ika Rudiyanto, menyampaikan pada paparannya Universitas Airlangga sebelumnya menggunakan aplikasi Laris karena dirasa lebih ringan, sederhana dan mudah digunakan. Namun, seiring dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi, Universitas Airlangga beralih ke aplikasi INLISLite yang kemudian diberi nama AILIS (Airlangga Integrated Library System). Hal ini sesuai dengan kebutuhan untuk mengintegrasikan keempat perpustakaan yang ada di Universitas Airlangga, antara lain yang berada di perpustakaan pusat, kampus A, B, dan C.
Dalam beberapa tahun, AILIS telah melakukan beragam inovasi seperti peminjaman overnight, daftar koleksi yang dipesan, stock opname dan transaksi paperless. Adapun inovasi terbaru AILIS adalah fitur buku tamu karena sudah disesuaikan dengan aturan new normal pada masa pandemi Covid-19. “Saat ini pada saat bulan maret kami diperkenankan untuk dibuka layanan tetapi dengan kuota pengunjung 20%,†jelas Ika.
Sementara itu, Zulfa Kurniawan mengatakan salah satu latar belakang dari pengembangan aplikasi INLISLite yang ada di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY adalah biaya pencetakan kartu anggota yang sangat besar dan memberatkan. Untuk hal tersebut, dibuatlah fitur kartu elektronik. “Hampir setiap tahun di tahun-tahun sebelum pandemi ongkos untuk mencetak kartu anggota itu bisa mungkin hampir di angka 300 juta,†ungkapnya.
Selain itu, ada juga pengembangan peminjaman secara online dan pencetakan surat bebas perpustakaan. Semua inovasi tersebut terdapat dalam aplikasi berbasis android yaitu Si Yokca (Ayo Membaca).
Aplikasi Si Yokca memiliki manfaat bagi pemustaka diantaranya pendaftaran anggota perpustakaan via aplikasi, mencari buku bacaan dari rumah, efisiensi waktu, peminjaman dan perpanjangan masa pinjam buku dari rumah, layanan delevery order dan keanggotaan digital.
Di sisi lain, Ramadian Tuntas Laksana menambahkan bahwa secara garis besar pengembangan yang dilakukan di Dispusip Kabupaten Banyuwangi hampir sama dengan aplikasi Si Yokca yaitu pengambilan data API dari INLISLite, daftar keanggotaan online dan peminjaman online.
“Di Kabupaten Bayuwangi sendiri kita punya Si Prabuwangi. Kita mengadopsi dari pengembangan di Kabupaten Purbalingga,†ucap Ramadian.
Reporter: Arie Zani Purnomo
Editor: Basma Sartika