Medan Merdeka Selatan, Jakarta- Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menggelar Kegiatan Layanan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial yang dilaksanakan dalam bentuk gelar wicara dengan tema “Lansia Ceria, Lansia Bahagia, Lansia Menolak Lupa”, Senin (21/10/2024).
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada para lansia yang hadir sebagai peserta mengenai demensia serta tips untuk mencegah dan mengatasinya. Diharapkan dengan pencegahan demensia, para peserta dapat terus produktif berkarya serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Mariana Ginting dalam sambutannya menjelaskan Perpustakaan Nasional memiliki layanan yang dikhususkan untuk lansia yakni layanan lansia dan Disabilitas yang terletak di lantai 7 bersebelahan dengan layanan anak.
“Layanan lansia dan disabilitas menyediakan berbagai koleksi buku yang dapat diakses dengan berbagai subjek seperti agama, kesehatan, kesenian, hobi, memasak, kerajinan tangan sampai dengan biografi tersedia untuk dinikmati,” tuturnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa perpustakaan bukan hanya sebagai tempat penyimpanan buku belaka.
“Seluruh masyarakat Indonesia dapat belajar, mencari ilmu serta memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh untuk meningkatkan kualitas taraf hidup dan kesejahteraannya,” jelasnya.
Selain itu, dia memaparkan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah demensia seperti misalnya melakukan olahraga rutin, mengembangkan kehidupan sosial, menghindari rokok, tidur yang cukup, membuat otak selalu aktif dengan membaca buku, bermain puzzle dan menerapkan pola makan yang sehat.
Aktris senior sekaligus pendiri dan Ketua Yayasan Bunda Yessy, Yasmine Yessy Gusman menjelaskan menjadi seorang lansia bukan berarti tidak memiliki kehidupan lagi.
“Jadi, jangan berpikir kalau yang sudah tua tuh di rumah saja. Kalau orang jaman dulu, udah di rumah saja, mama papa di rumah ngeliatin cucu-cucu. Kita masih punya kehidupan. Jangan berpikir kalau sudah 60 tahun nih, kita sudahlah di rumah saja gitu ya. Sudah habis kehidupan kita,” tuturnya.
Lebih lanjut, dia memaparkan beberapa strategi yang dapat diterapkan agar tetap menjadi lansia yang aktif dan bahagia antara lain tidak melakukan olahraga yang kompetitif, melakukan sistem mencatat segala sesuatunya, aktif dalam komunitas, bekerja sebagai bentuk eksistensi diri dan mempersiapkan diri sejak muda dalam hal ekonomi.
“Perlu menata kehidupan lansia kita supaya kita lebih nyaman secara ekonomi seperti punya kos-kosan, jualan beras atau gas. Kesempatan bekerja bagi lansia selama 2 sampai 3 jam itu patut kita pikirkan. Negara berkembang sudah melakukan itu,” pungkasnya.
Founder Taman Baca Inklusi Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi Latri Mumpuni Margono dalam kesempatan ini memaparkan enam cara mengantisipasi jumlah lanjut usia dari tahun ke tahun.
Pertama adalah peningkatan kualitas dan kuantitas program pelayanan sosial bagi lanjut usia untuk melindungi lanjut usia dari berbagai resiko penuaan (sakit, telantar, kesendirian).
“Kegiatan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan Perpusnas untuk para lansia melalui program inklusi sosial,” jelasnya.
Kedua adalah peningkatan peran keluarga dalam perawatan lanjut usia. “Pada saat orang tua sudah mulai memerlukan pengasuhan dan perawatan, anak-anak yang harus belajar bagaimana melakukan perawatan dan pengasuhan bagi lanjut usia,” tuturnya.
Yang ketiga, peningkatan layanan publik yang memprioritaskan lanjut usia pada berbagai sektor. Keempat, peningkatan kampanye nasional kelanjut-usiaan di seluruh sektor.
“Yang kelima adalah peningkatan peran masyarakat dan swasta dalam penanganan lanjut usia. Dan yang terakhir adalah peningkatan kualitas kesejahteraan sosial masyarakat sejak dini agar di usia tua tidak menjadi beban bagi keluarga atau masyarakat,” pungkasnya.
Reporter: Anastasia Lily
Dokumenstasi: Aditya Irfan & Alfiyan Tarih Alfatih