Salemba, Jakarta—Perpustakaan di Indonesia didorong menggunakan paradigma kebermanfaatan untuk masyarakat dalam mengukur indikator kinerja kunci urusan perpustakaan. Perpustakaan harus hadir untuk menjangkau masyarakat dan mengubah kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera.
Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando menyatakan parameter kemampuan perpustakaan harus diukur secara komprehensif dan tidak bisa hanya dengan satu variabel. Kinerja perpustakaan harus dilakukan secara hierarkis, dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya dan dari satu sasaran ke sasaran lainnya.
"Contoh salah satu parameter identitas sebuah perpustakaan adalah tersedianya koleksi baru perpustakaan. Tetapi banyak orang tidak lagi membutuhkan buku cetak karena itu perpustakaan harus meningkat kepada bagaimana dia memiliki kemampuan untuk mengelola sumber-sumber ilmu pengetahuan, sudah menurut kebutuhan manusia secara komprehensif," ujar Syarif Bando dalam webinar 'Pengukuran Indikator Kinerja Kunci Urusan Perpustakaan' yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (30/12/2020).
Dia menegaskan, dibutuhkan visi dan kemampuan dari para pustakawan dan komunitas perpustakaan untuk mendukung hal tersebut. Selain itu, perpustakaan harus mengalami perubahan dalam memandang eksistensinya. Perpustakaan harus siap menghadapi dinamika perubahan zaman dalam menjalankan fungsinya.
"Di luar semakin ketat, kalau kita stagnan pada tugas pokok dan fungsi seperti ratusan tahun lalu, maka tinggal menunggu waktunya perpustakaan akan ditinggal. Karena itu membicarakan tentang pengukuran indikator kinerja kunci urusan perpustakaan, saat ini adalah sebuah keniscayaan. Yang kita berada dalam sebuah penerapan teori relativisme, tidak ada yang abadi," urainya.
Perpustakaan harus mampu memenuhi kebutuhan manusia dalam segala aspek, agar bisa menjaga eksistensinya. Para pustakawan dan pengelola perpustakaan didorong untuk memahami bahwa tugasnya melayani masyarakat. "Karena itu, para pustakawan paradigmanya harus berubah dari cara pandang deretan hukum-hukum pengumpulan pengelompokan ilmu pengetahuan untuk bergeser kepada bagaimana melayani manusia dengan segala problematikanya, dengan segala ekspektasinya, dengan segala harapannya," ungkapnya.
Karenanya, para pustakawan dan pengelola perpustakaan tidak boleh mengeluh karena dipandang sebelah mata. Untuk mengangkat harkat dan martabat para pustakawan, Syarif Bando mendorong mereka agar mengubah pola pikir dan kerja. "Bikinlah anda menjadi perhatian, sebab kita adalah pemilik pengetahuan. Dan jangan lagi merendah-rendahkan diri dengan minta diperhatikan," pungkasnya.
Repoter: Hanna Meinita
Fotografer: Ahmad Kemal Nasution