Organisasi Informasi Perpustakaan Mudahkan Aksesibilitas Informasi bagi Pengguna

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Inovasi perpustakaan dan kompetensi pustakawan sangat diperlukan dalam era digital saat ini. Layanan perpustakaan harus bersifat user oriented (berbasis kepada pengguna) sehingga koleksi bahan pustaka mudah diakses untuk ditemukan kembali oleh pengguna. Selain itu, kreativitas pustakawan sangat dibutuhkan karena profesi ini bukan sekadar penjaga buku, tapi pekerja ilmu pengetahuan.

Hal ini disampaikan Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional RI Hartono pada webinar yang diselenggarakan dalam rangka 25 Tahun Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca. Pada sesi Dasar-dasar Organisasi Informasi Perpustakaan, Hartono menyatakan organisasi informasi perpustakaan memiliki empat unsur yakni, teori dan praktik tentang konsep organisasi informasi yang mampu mendongkrak literasi informasi dan akhirnya meningkatkan indeks literasi.

Kemudian, bagaimana tranformasi perpustakaan digital di Indonesia. Ketiga, strategi yang harus dilakukan bagi para pustakawan dalam membangun organisasi informasi, dan keempat, kompetensi pustakawan di era digital dalam membangun organisasi informasi yang efektif sehingga bisa menumbuhkan kegemaran membaca masyarakat.

Menurut Hartono, organisasi informasi perpustakaan merupakan prasyarat penting dalam aksesibilitas informasi di dunia perpustakaan. Ini merupakan kegiatan teknis perpustakaan yang dilakukan secara profesional dan sistematis untuk mempersiapkan cantuman bibliografis dalam upaya meningkatkan sistem temu balik informasi yang efektif. Bentuknya adalah cantuman bibliografis dengan metadata dalam katalog online atau Online Online Public Access Catalog (OPAC).

“Nah sistem temu balik informasi bisa saja dilakukan dengan menggunakan nama pengarangnya, tajuk subjeknya maupun nomor kelasnya. Sehingga dapat ditemukan secara cepat. Nah keberhasilan organisasi informasi berbanding lurus dengan aksesibilitas informasi sehingga masyarakat dapat mencari informasi dengan mudah, cepat, dan murah. Saya ga pernah membayangkan bahwa koleksi yang begitu besar, kita tidak punya sarana penelusuran, sarana temu balik tadi dalam bentuk katalog online. Tentu saja kita akan berhari-hari mencari informasi,” urainya saat menyampaikan materi webinar virtual yang diselenggarakan di Jakarta pada Kamis, 17 September 2020.

Hartono menegaskan, organisasi informasi tidak hanya sekadar mengatalog, bagaimana menentukan subjek, tapi bentuk upaya dalam membangun organisasi baik itu koleksi tercetak maupun format elektronik. Peraih gelar doktor ini menegaskan, membangun organisasi informasi akses harus dilakukan secara profesional. Artinya, pustakawan dituntut menguasai pedoman pengatalogan, bahasa indeks, dan pengindeksan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membangun database. Kompetensi pustakawan dibutuhkan dalam pengatalogan deskriptif dan pengindeksan subjek.

“Inovasi dan kreativitas pustakawan sangat diperlukan di sini, jadi kalau kita lihat katalog itu dalam bentuk deskripsi bibliografis, umumnya itu menjenuhkan kok semuanya kata-kata. Nah kalau seperti itu, tampilan format di OPAC harusnya ditampilkan ada cover buku, deskripsi bibliografisnya, ditambah sinopsis atau abstraknya. Nah ini akan lebih menarik,” pungkasnya.

Reporter: Hanna Meinita

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung